Senin, 20 Mei 2013 By: Muthia Audina

STRESS~STUDI KASUS

Salah satu sumber stress adalah konflik. Konflik/masalah dapat timbul ketika dua atau lebih tujuan tidak tercapai karena saling mengganggu. Ada dua kata kunci yang digunakan dalam konflik ini, yakni approach (kita mendekati apa yang kita inginkan) dan avoidance (kita menghindari). Ada empat jenis dari konflik, yaitu:
1)      Approach-approach conflict
Pada konflik ini, seseorang harus memilih satu dari antara dua pilihan yang positif yang keduamya memiliki nilai yang sama. Misalnya, kemarin saat libur semester satu, tepatnya bulan Januari akhir, yang lumrahnya ketika libur telah tiba, mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari daerah atau kota lain akan pulang ke tempat asal mereka masing-masing. Tetapi, pada waktu itu juga akan diadakan rapat koordinasi MPMF bersama PEMA dan Dekanat. Rapat diadakan tanggal 30 Januari 2013, sedangkan ujian telah usai sejak 24 Januari 2013. Pilihan yang sangat sulit buat saya, di satu sisi saya sudah tidak tahan lagi ingin berjumpa dengan ibu saya, lalu di satu sisi, saya harus berkomitmen dengan organisasi yang saya pilih sendiri. Pada saat itu benar-benar menyita pikiran saya, menjadi masalah bagi saya sehingga menyebabkan sulit tidur, cemas, dan akhirnya menimbulkan stress.
2)      Avoidance-avoidance conflict, pada konflik ini seseorang harus memilih satu dari dua atau lebih pilihan yang negatif.
3)      Approach-avoidance conflict, seseorang yang mengalami konflik ini harus memilih salah satu dari dua pilihan yang jika memilih yang positif maka hasil dampak yang negatif juga akan diperoleh. Contohnya, Desember lalu saya diajak oleh teman saya untuk bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang marketing. MLM sering disebut-sebut, Multi Level Marketing. Jadi, perusahaan ini “katanya” adalah perusahaan yang tepat untuk mahasiswa yang ingin mengumpulkan uang dengan cepat dan tidak akan mengganggu jadwal kuliah. Sebenarnya memang baik dan sangat positif ketika mahasiswa sudah memikirkan masa depannya, tidak membuang-buang waktu dengan percuma dan giat bekerja. Tetapi jika saya memilih untuk bergabung, maka dampak negatif juga akan menimpa saya seperti: saya harus mengeluarkan uang saya dengan jumlah yang tidak sedikit, kemudian saya harus merelakan waktu saya untuk mencari orang-orang yang ingin menjadi bawahan saya, dan itu akan sangat mengganggu waktu kuliah saya dan saya akan berharap untuk sesuatu yang tidak pasti yang kemungkinannya sangat tipis.
4)      Multiple approach-avoidance conflict, pada konflik ini, kedua pilihan masing-masing  akan memiliki dampak positif dan negatif.

Cara terbaik mengatasi stress adalah effective coping dan ineffective coping. Di sini saya akan membahas bagaimana effective coping akan mengatasi stress. Effective coping adalah metode yang efektif untuk mengatasi stress baik menghapus sumber stress atau mengontrol reaksi kita terhadap hal itu.
a)      Removing stress, menghapus stress dari kehidupan kita. Ketika saya bemasalah dengan teman saya, saya akan menanyakan dan berdiskusi tentang masalah kita kepadanya. Semua akan dikupas dengan tajam, dibicarakan dengan baik-baik, dengan kepala dingin, saling memperbaiki diri masing-masing, kemudian mengatakan yang sebaiknya tidak dilakukan oleh saya maupun teman saya tersebut. Dengan begini, masalah akan clear. Stress akan menurun atau hilang.
b)      Cognitive coping, penilaian ulang terhadap suatu masalah yang mengakibatkan kita stress. Mengacu pada perubahan dalam cara kita berpikir tentang masalah yang beteman dengan kita. Sebagai contoh, ketika saya tidak menjuarai Olimpiade Sains Nasional (OSN) Biologi untuk tingkat SMA. Saya tidak merasa berkecil hati dan putus asa, walaupun saya hanya mendapatkan peringkat kedelapan. Saya berpikir bahwa kerja keras saya yang kurang untuk ajang itu, mungkin saya harus lebih banyak menyisakan waktu saya untuk fokus belajar, mengurang waktu tidur saya, lebih banyak berdoa. Saya berpikir, mungkin rencana Tuhan akan indah pada saat yang ditentukan nantinya, dan tidak pada saat saya mengikuti olimpiade tersebut. Dengan begitu saya akan mengurangi resiko stress yang akan melanda saya ketika impian saya tidak terwujud.
c)      Managing Stress Reactions, mengelola reaksi psikologis dan fisiologis kita ketika menghadapi stress. Ketika saya memutuskan untuk sendiri, tidak ada teman dekat yang tidak biasa, tidak ada hubungan yang spesial dengan lawan jenis. Jujur pada saat itu saya sedikit mengalami masalah, dan itu adalah suatu keadaan yang menekan atau mengganggu saya. Tetapi, saya tidak ingin berlarut-larut dalam masalah yang tidak jelas dan tidak penting. Untuk mengatasi stress itu, saya memilih untuk berkontribusi pada organisasi-organisasi yang ada di kampus. Lebih dekat dengan Tuhan, dan tidak jarang saya menghabiskan waktu saya untuk memasak, membaca buku atau novel. Dengan kata lain saya mencari kesibukan saya, menyenangkan saya dengan hobi saya untuk mengatasi stress yang saya alami itu.

0 comments:

Posting Komentar