1. Kurikulum Berdiferensiasi untuk Siswa Berbakat
Kurikulum berdiferensiasi bertujuan memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual murid. Nah, apa sebenarnya makna yang sesungguhnya tentang kurikulum berdiferensiasi ini bagi siswa yang berbakat, jawabnya adalah untuk menumbuhkan rasa keberhasilan, kepuasan, dan tantangan, menjadikan siswa aktif, tidak merasa bosan di sekolah, dan dengan itu juga dapat menghindari underachievement pada anak tersebut.
Bagi siswa berbakat, ada empat faktor yang perlu dimodifikasi agar mereka memperoleh pembelajaran yang sesuai, yaitu:
- lingkungan belajar
- Konten pembelajaran
- Proses atau metode pembelajaran
- Proses belajar siswa
Sains, matematika, bahasa, dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang dianggap perlu ada pendekatan yang maksimal dalam mengajarkannya kepada siswa-siswa berbakat.
Sains dan matematika amat penting dalam pendidikan siswa saat ini dan memerlukan pengembangan yang secara terus menerus. Memenuhi kebutuhan siswa berbakat dalam sains dan matematika sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat dan individu.
bahasa tidak hanya merupakan alat asosiasi, tetapi juga sebagai dasar perkembangan kecerdasan. Pembelajaran bahasa di sekolah-sekolah menengah menekankan pada pengembangan keterampilan pengarahan diri, skill kreatif-produktif, abstraksi dan pemikiran tingkat tinggi, serta melibatkan isu dan tema dalam prestasi bahan dan materi.
Dalam pembelajan IPS untuk siswa berbakat, menekankan adanya keterlibatan siswa dalam memberikan sumbangan orisinal terhadap masyarakat serta menjadi waraga yang bertanggung jawab. pembelajaran IPS untuk siswa berbakat mengambil tema yang luas, seperti memahami dan mengakui saling ketergantungan global.
2. Model Belajar Mengajar Kreatif
Banyak model belajar mengajar yang dapat digunakan pada siswa pada umumnya dan khususnya bagi siswa berbakat di dalam kelas. Ada delapan model belajar mengajar kreatif, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Untuk kurikulum komprehensif, model-model dapat digabungkan untuk tujuan tertentu saja. Pembelajaran akan sangat berhasil jika kita mengetahui model mana yang paling penting digunakan.
TAKSONOMI / MODEL
|
BAGIAN PSIKOLOGI/RANAH
|
KREATIVITAS
|
Bloom
|
Kognitif
|
Sintesis
|
Guilford
|
Kognitif
|
Berpikir divergen
|
Taylor
|
Kognitif
|
Bidang kreatif-produktif
|
Treffinger
|
Kognitif-Afektif
|
Ketiga tingkat pengembangan kreativitas
|
Renzulli
|
Kognitif-Afektif
|
Tiga tipe pengayaan
|
Williams
|
Kognitif-Afektif
|
Dimensi strategi mengajar guru
dan perilaku siswa
|
Krathwohl
|
Afektif
|
Ciri afektif dari kreativitas
|
Clark
|
Kognitif-Afektif
|
Perpaduan antara pemikiran, perasaan, pengindraan, dan firasat
|
3. Teknik dan Pemecahan Masalah secara Kreatif
Teknik-teknik kreatif akan dipaparkan di bawah ini digolongkan menurut tiga tingkatan dari Treffinger.
- Teknik tingkat I
Teknik tingkat I sering dikenal sebutannya sebagai teknik sumbang saran. Nah, teknik ini memiliki 4 aturan dasar, yaitu:
- kebebasan dalam memberikan gagasan
- tidak boleh memberikan kritik pada tahap pencetusan gagasan
- penekanan pada kuantitas
- kombinasi atau pengembangan gagasan
2. Teknik tingkat II
Melatih proses-proses pemikiran yang lebih majemuk, seperti yang dituntut pada teknik synectic dan futuristic.
- teknik synectic, melatih siswa untuk berpikir berdasarkan analogi dalam pemecahan masalah, siswa diperkenalkan dalam penggunaan anologi fantasi, anologi langsung, dan anolgi pribadi.
- teknik futuristic, membantu siswa untuk mengantisipasi dan mencipta masa depannya dengan cara menulis skenario, menggambarkan roda masa depan, dan trending yang menggunakan pertanyaan untuk mengidentifikasi kecenderungan yang ada dan yang akan timbul.
3. Teknik tingkat III
Menghadapkan siswa pada tantangan dan masalah nyata. Ada dua pendekatan dalam teknik tingkat III ini, pendekatan pertama adalah pemecahan masalah secara kreatif (PMK), yang meliputi lima tahap. yakni:
- menemukan fakta
- menemukan masalah
- menemukan gagasan
- penemuan sosial
- menemukan penerimaan atau tahap pelaksanaan
Pendekatan kedua adalah Shallcross yang membedakan antara primary crativity dengan secondary cerativity, menyuguhkan lima tahapan juga, yaitu:
- orientasi
- persiapan
- penggagasan
- penilaian
- pelaksanaan atau implementasi.
sumber:
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.