Rabu, 25 September 2013 0 comments By: Muthia Audina

TENTANG TERE LIYE (SOSOK YANG KREATIF)



Sosok yang saya ingin ceritakan ini adalah seorang penyentuh hati yang handal, penggenggam tangan tanpa tangan, penyejuk hati di setiap musim, pencinta kesederhanaan, pengagung ketulusan, sehingga kesederhanaan dan ketulusan itu lah yang menjadi alasan saya ingin menuliskan tentangnya dengan sederhana dan tulus pula.
Baiklah, tulisan yang akan Anda baca sampai habis ini (InsyaAllah) berhubungan dengan pendekatan-pendekatan kreativitas, yaitu ada empat, yang kerap kali disebut empat P.
§  *Person (Pribadi)
§ * Press (Dorongan)
§  *Process (Proses)
§  *Product (Produk)
Seseorang yang dikatakan kreatif adalah ketika dia bersentuhan dengan keempat pendekatan di atas. Jadi, menurut simpul saya makhluk yang akan saya ulas ini adalah salah satu manusia kreatif. Saya menjadikan seorang Tere Liye sebagai orang yang paling kreatif selama saya menginjakkan kaki di planet biru yang dilengkapi oksigen dan gaya grativitasi ini.

~Pertama, ditilik dari Personnya:
Kenalkah kamu dengan Tere Liye? Penulis novel Hafalan Sholat Delisa? Salah satu novel yang diusung untuk dijadikan sebuah hiburan visual sekaligus audio oleh sutradara terkenal? Atau novel Bidadari-bidadari Surga, sudahkan pernah membacanya? Novel yang menguras emosi positif serta banyak pembelajaran implisit yang diterima seolah-olah secara eksplisit. Satu lagi novel yang sudah difilmkan yaitu Semoga Bunda Disayang Allah, yang sungguh sangat menggerakkan hati tanpa diperintah sekalipun. "Tere Liye" merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari bahasa India yang maknanya: “untukmu, untuk-Mu”. Tampaknya Tere Liye tidak ingin dikenal oleh pembacanya. Hal itu terlihat pada sedikitnya informasi didapat oleh pembaca melalui halaman "tentang penulis" yang terdapat pada bagian belakang sebuah novel. Susah-susah mudah ketika mencari tahu tentang Tere Liye. Pun ketika menanyakan pada om google, maka hasil pencarian yang akan keluar adalah semua tentang India. Banyak yang mengira Tere Liye adalah seorang perempuan. Tere Liye bukanlah seorang perempuan, tapi seorang laki-laki yang tenar dengan nama Darwis Tere Liye. Entah apa nama lengkapnya, saya sendiri belum menemukannya. Baru-baru akhir ini, saya menemukan profil Tere Liye di goodreads.com yang bernama Darwis (saya hanya menyimpulkan sendiri).

Berikut sekilas profil Tere Liye :
Lahir pada May 21, 1979 di Tandaraja (Palembang), Indonesia.
Jenis kelamin    : Pria
Website        : http://darwisdarwis.multiply.com
Sekolah        :
-SDN 2 Kikim Timur Sumsel 
-SMPN 2 Kikim Timur Sumsel 
-SMUN 9 Bandar Lampung 
-Fakultas Ekonomi UI 
Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, anak ke-enam dari tujuh bersaudara, dari keluarga petani. Tere Liye menikah dengan Ny.Riski Amelia dan dikarunia seorang putra bernama Abdullah Pasai.
Dari tulisan-tulisannya Tere Liye ingin membagi pemahaman bahwa sebenarnya hidup ini tidaklah rumit seperti yang kerap kali dipikirkan oleh kabanyakan manusia. Hidup adalah anugerah yang Kuasa dan karena hidup adalah anugerah berarti hidup harus disyukuri. 
 “bekerja keras dan selalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan selalu berbagi, senantiasa bersyukur serta berterima kasih, maka Ia percaya bahwa kebahagiaan itu sudah berada di genggaman kita”.

Itulah sebaris kutipan yang penulis lontarkan, terkesan bahwa ia menegaskan syukuri apapun yang kita punya, baik itu berupa kekurangan maupun kelebihan.
Kesederhanaan dan ketulusan adalah temannya, justru karena kesederhanaannya, setiap kita membaca lembaran demi lembaran novelnya, kita serasa melihat di depan mata apa yang Tere Liye sedang sampaikan. Uniknya kita tidak akan merasa digurui meskipun dari karya-karyanya itu tersimpan pesan moral, islam serta sosial yang penting. Kesederhanaanlah yang mampu membuka serta menggerakkan hati, dan kalau hati kita sudah terbuka dan tergerak maka akan sangat mudah kita mengaplikasikan setiap pesan yang sampai.

~Bagian kedua, ditinjau dari pendekatan Press:
Ada dua dorongan ketika manusia itu tergugah hatinya untuk menciptakan sesuatu yang inovatif, kreatif, terbaru, dan bermanfaat, yaitu dorongan internal dan eksternal. Menurut saya yang menjadi dorongan internal sosok Tere Liye adalah keinginan beliau untuk menyebarkan pemahaman bahwa HIDUP INI SEDERHANA melalui hasil karyanya.  Semua novel Tere Liye memiliki cerita yang unik dengan mengutamakan pengetahuan, moral, dan agama. Penyampaiannya tentang keluarga, moral, Islam, dakwah pun sangat mengena tanpa membuat pembacanya (saya) merasa digurui. Terlihat tekad Bang Tere yang ingin membuat novel sederhana dan menyentuh yang telah mendarat dengan sukses di setiap hati pembacanya (termasuk saya). Untuk faktor eksternalnya, saya rasa Darwis Tere Liye, begitu nama facebooknya, memiliki Ibu yang sangat istimewa, istri yang sholeha, terlihat pada novel-novelnya yang sangat menjunjung tinggi harga diri wanita, menuangkan defenisi wanita itu sebagai hal yang begitu penting dalam hal apapun. Kemudian, banyaknya asam garam yang telah beliau lalui, pengalaman kuliah, ilmu yang didapat pada masa-masa setelah SMA, seperti yang menjadi topik ataupun tema pada novel Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, yaitu tentang perekonomian dunia, ketika membacanya serasa menonton film action. Lalu, juga yang menjadi dorongan eksternal ketika beliau menulis adalah hobi-hobinya, yakni: fotographi, hiking, berpetualang, menjadi back packer atau semacamnya. Jadi, semua yang menjadi setting maupun latar pada novel-novel Bang Tere adalah tempat yang benar-benar telah dikunjunginya.


~Bagian ketiga, Process:
Prosesnya adalah ketika sang penulis ini mencoba untuk menuangkan segala apa yang terpikirkan olehnya dengan tidak melupakan urgensi dari manfaat setelah output dihasilkan. Sungguh tidak akan tertuliskan proses-proses yang sudah dilalui oleh Tere Liye. Mungkin banyak pelajaran ataupun ujian kehidupan yang telah diterima oleh Tere Liye, dilihat dari riwayat hidupnya, beliau adalah anak ke-enam dari tujuh bersaudara, Ayahnya bekerja sebagai petani Sumsel.
Menurut saya:
 “Kita tidak akan mahir dalam menulis (menceritakan kembali) sesuatu kejadian ketika kita benar-benar tidak pernah merasakan hal yang ingin kita tulis tersebut”.
Jadi, tentu saja proses yang dilewati oleh penulis dalam menciptakan sebuah karya novelnya adalah sesuatu yang pernah ia rasakan, sehingga mahirlah ia dalam membahasakan ceritanya tersebut sehingga menjadi sebuah novel penggugah.

~Terakhir, yaitu Product:
Sudah 17 novel yang telah dibuat oleh beliau, novel yang tak akan ada kata bosan ketika kita mulai membacanya. Inilah produk-produk yang mampu menghipnotis saya dengan secepat kilat.
Berikut saya tulis karya-karya Tere Liye,
1.Hafalan Shalat Delisa
2.Moga Bunda Disayang Allah
3. Bidadari Surga
4. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
5. Burlian
6. Pukat
7. Eliana
8. Amelia (rilis Oktober 2013)
9. Berjuta Rasanya
10. Sepotong Hati yg Baru
11. Sunset Bersama Rosie
12. Kisah Sang Penandai
13. Negeri Para Bedebah
14. Negeri Di Ujung Tanduk
15. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
16. Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah
17. Ayahku Bukan Pembohong

Rabu, 18 September 2013 0 comments By: Muthia Audina

PENDEKATAN EMPAT 4 P DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS


Makna dari Pengembangan Kreativitas

Mengapa kreativitas begitu bermakna dalam hidup? Mengapa kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak didik Anda?
Ini beberapa alasan yang mungkin detik ini juga akan menggugahkan hati Anda untuk memupuk sejak belia anak didik Anda. Berikut (silahkan dibaca):
            Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan/aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia (Maslow, 1967). Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.
            Kedua, kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan (guilford, 1967). Di sekolah yang terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran.
            Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi diri pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.
            Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Pada era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, teknologi baru.

Teori Empat P yang Melandasi Pengembangan Kreativitas

1. Teori tentang Pembentukan Pribadi Kreatif    
a.      Psikoanalisa
Teori Psikoanalisa kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa anak-anak. Priadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
  Sigmund Freud: Proses kreatif dari mekanisme pertahanan, merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima.
  Carl Jung: Ketidaksadaran memainkan peranan penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
  Ernest Kris: Menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasan) jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
b.      Teori Humanistik
Teori Humanistik kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi, berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada usia lima tahun pertama.
·         Abraham Maslow: Manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan itu sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi.
·         Carl Rogers: 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperimen atau untuk ‘bermain’ dengan konsep-konsep.

2. Teori-teori tentang “Press”
a)      Motivasi untuk Kreativitas
b)      Kondisi Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreatif

3. Teori tentang Proses Kreatif
a)      Teori Wallas
Yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap:
1)      Persiapan
Seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban,  bertanya kepada orang dan sebagainya.
2)      Inkubasi
Kegiatan mencari dan menghimpun data/informasi tidak dilanjutkan.
3)      Iluminasi
Tahap timbulnya “insight” atau “Aha-erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
4)      Verifikasi
Tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas.
b)      Teori tentang Belahan Otak Kanan dan Kiri
4. Teori tentang Produk Kreatif
Cropley (1994) menunjukkan hubungan antara tahap-tahap proses kreatif (Wallas) dan produk yang dicapai. Ia menekankan bahwa perilaku kreatif memerlukan kombinasi antara ciri-ciri psikologis yang berinteraksi sebagai berikut:
Sebagai hasil dari berpikir konvergen atau inteligensi (memperoleh pengetahuan, dan pengembangan keterampilan), manusia memiliki seperangkat unsur-unsur mental.
“Model dari Besemer dan Treffinger”
Besemer dan Treffinger menyatakan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu:
1.      Kebaruan (novelty), Sejauh mana produk itu baru.
2.      Pemecahan (resolution), menyangkut derajat sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi bermasalah.
3.      Elaborasi dan sintesis, dimensi ini merujuk pada derajat/sejauh mana produk itu menggabung unsur-unsur yang tidak sama/serupa menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren.

HASIL KREATIVITAS (PERTEMUAN PERTAMA)~IMPLIKASI DARI 4 P



PENDEKATAN KREATIVITAS: EMPAT P
Ø  Pribadi (Person)
Diri saya sendiri yang bertindak dalam proses kraetif sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinal.
Ø  Proses
Proses ini dimulai dari dosen Kreativitas memberikan stimulus-stimulus berupa tisu, kertas, kertas jeruk, yang mengisyaratkan bahwa kami harus membuat apa saja dengan benda-benda itu, sesuatu yang terlintas di dalam pikiran. Proses tersebut berlangsung selama 45 menit (bagi saya itu hanya sekitar 15 menit, saya merasa 30 menit itu sedang jalan-jalan pada saat itu, tidak bersama saya). Saya benar-benar tidak bisa langsung serta merta dalam bertindak, karena tidak satu pun ide yang telintas pada waku itu, dengan terbatasnya bahan dan alat yang diberikan. Namun, saya tetap berusaha untuk menghasilkan suatu yang baru hanya dengan benda-benda tersebut. Menemukan / merasakan kesulitan-kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, bagian-bagian yang hilang dan pertanyaan-pertanyaan (salah satu point pengertian dari proses menurut Torrance (Sternberg:1988) ). Menurut saya itulah yang dikatakan bagian-bagian dari proses, kita akan merasakan kesulitan, masalah, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kita pasti dapat menyelesaikan suatu produk, berpikir akan ada jalan keluar, di sinilah terjadi dinamika proses dalam pembuatan produk. Sebenarnya, alat dan bahan yang kurang memadai salah satu yang dapat menghambat proses jika kita tidak berpikir secara kreatif. Ada kata-kata yang mencetuskan kenapa saya akhirnya membuat benda di bawah ini, yaitu “gunakan apa saja yang ada di dalam tas mu”. Insight saya muncul dengan tiba-tiba, “ahaa”.
Ø  Pendorong (Press)
Kemampuan kreatif merupakan inisiatif yang termanifestasikan dalam kekuatannya untuk melepaskan diri dari rangkaian pemikiran yang biasa à dorongan internal (Simpson (Vernon, 1982)
Amabile,dkk (Colangelo,dkk 1994): kreativitas adalah ketrampilan berpikir kreatif + motivasi intrinsik + lingkungan sosial Kondusif .
Pendorong saya kemarin adalah internal dan eksternal. Dorongan internal berasal dari diri saya sendiri, keinginan yang kuat yang berapi-api dalam menciptakan suatu produk, walau dengan alat dan bahan yang sungguh terbatas.
Dorongan eksternal pada Kamis yang lalu adalah dosen mata kuliah Kreativitas, teman-teman yang mengambil mata kuliah ini. Hari itu benar-benar berbeda, beda dengan hari-hari sebelumnya selama kurang lebih satu tahun belajar di Psikologi, itu merupakan pembelajan pertama kalinya buat saya, unik, menyenangkan, menantang, dan berkapasitas. Dorongan eksternalnya berasal dari lingkungan, lingkungan seolah menuntut saya dalam menyelesaikan itu.
Ø  Produk
Saya membuat sebuah bingkai photo dengan bahan-bahan yang ada di depan mata saya yang terpampang dengan nyata pada Kamis yang lalu. Produk itu mestinya orisinalitas: unik / eksentris, baru, dan bermakna. Saya rasa itu unik, karena hanya dengan berbahankan kertas maka jadilah sebuah bingkai. Kemudian, aspek baru juga memenuhi untuk benda yang saya buat dengan sepenuh hati itu, alasannya adalah ide tersebut benar-benar keluar dari pikiran saya sendiri dan baru terlintas di menit-menit terakhir selama 45 menit yang diberikan. Menurut pandangan saya makna dari produk yang telah saya buat adalah sesuatu yang dapat berguna, photo-photo ditempat dengan cantiknya di dalam suatu bingkai, kemudian photo-photo tersebut tidak akan berserakan ketika kita meletakkannya di dalam bingkai.







Rabu, 11 September 2013 0 comments By: Muthia Audina

[KREATIVITAS] Konsep Keberbakatan dan Kreativitas



A.    Konsep Kreativitas
1.      Kreativitas dan Aktualisasi Diri
Hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri adalah salah satu konsep yang sangat penting dalam bidang kreativitas. Menurut Abraham Maslow dan Carl Rogers, selaku psikolog Humanistik, aktualisasi diri adalah apabila seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang dia mampu—mengaktualisasikan atau mewujudkan potensinya. Menurut Maslow (1968) aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensialitas yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi sering lenyap (tersembunyi), terhambat, atau terpendam dalam proses pembudayaan.

Rogers (1962) mengatakan bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang hingga menjadi matang, juga kecenderungan untuk mengekpresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Sedangkan Clark Moustakis (1967), menekankan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu secara keseluruhan (hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain).

Damm (1970) menyimpulkan bahwa baik kreativitas maupun inteligensi berkorelasi dengan aktualisasi diri.

Pribadi yang dapat mengaktualisasikan diri adalah seseorang yang sehat mental, dapat menerima dirinya, selalu berinovasi, berfungsi secara total, berpikir demokratis serta kritis, dan sebagainya.

2.      Konsep Kreativitas dengan Pendekatan 4 P
Rhodes: ”Four P’s of Creativity : Person, Process, Press, Product”. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.
Torrance (1988): dengan berfokus pada proses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah akan berhasil dalam proses tersebut, lingkungan yang bagaimanakah yang akan memudahkan proses kreatif, dan produk yang bagaimanakah yang dihasilkan dari proses kreatif?

a.      Defenisi pribadi
·         Hulbeck (1945): tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
·         Sternberg (1988): ”three facet model of creativity”,
                        Kreativitas = Inteligensi +Gaya Kognitif + Kepribadian/Motivasi
*Inteligensi : kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, ketrampilan pengambilan keputusan, keseimbangan.
*Gaya kognitif : kelonggaran dan ketertarikan pada konvensi, menciptakan aturan-aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan cara sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu berstruktur, suka menulis, merancang, suka pada jabatan yang menuntut kreativitas.
*Kepribadian / motivasi : kelenturan, toleransi pada ambiguitas, dorongan berprestasi dan mendapat pengakuan ulet menghadapi rintangan, moderat dalam pengambilan keputusan.

b.      Proses
·         Torrance (Sternberg, 1988) :
-Menemukan / merasakan kesulitan-kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, bagian-bagian yang hilang dan pertanyaan-pertanyaan.
-Membuat dugaan dan hipotesis tentang hal-hal tersebut.
-Mengevaluasi dan menguji dugaan serta hipotesis.
-Memungkinkan dilakukannya revisi dan uji ulang terhadap hipotesis.
-Menyampaikan hasil.
·         Wallas (1926) :
-Tahap persiapan
-Inkubasi
-Iuminasi
-Verifikasi

c.       Produk
Rogers mengemukakan bahwa:
-Produk itu harus nyata
-Baru
-Hasil dari kualitas unik individu
·         Baron (1969) kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
·         Haefele (1962) kreativitas membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.

d.      Press (dorongan
    Simpson (Vernon, 1982) kemampuan kreatif merupakan inisiatif yang termanifestasikan dalam kekuatannya untuk melepaskan diri dari rangkaian pemikiran yang biasa à dorongan internal.

B.     Konsep Anak Berbakat dan Keberbakatan (Giftedness)

1.      Defenisi U.S. Office of Education (USOE) tentang Keberbakatan
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi kerena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul, yaitu meliputi:
o   Intelektual umum
o   Akademik khusus
o   Berpikir kreatif –produktif
o   Leadership
o   Kemampuan dalam satu bidang seni
o   Kemampuan psikomotor

2.      Konsepsi Renzulli tentang Keberbakatan
“Three-Ring Conception”dari Renzulli yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria keberbakatan, yaitu:
a)      Kemampuan di atas rata-rata (inteligensi)
b)      Kreativitas
Kelompok kedua yang dimiliki anak/orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru.
c)      Pengikatan diri terhadap tugas
Pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal dengan tujuan untuk mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami rintangan (hambatan), menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.