Karena sampel adalah diteliti dalam statistik inferensial dari pada populasi yang lengkap, maka pengujian
hipotesis
didasarkan atas data yang tidak lengkap. Karena pengujian
hipotesis
didasarkan atas data sampel, ini lebih bergantung pada
teori probabilitas untuk memberitahukan proses pengambilan keputusan. Hasilnya, error dalam pengambilan keputuan tidak dapat dielakkan terjadi beberapa
kali. Empat hasil pengujian hipotesis yang dimungkinkan diilustrasikan
dalam Tabel 16.5.
Pada bagian atas tabel 16.5, ada dua kondisi yang mungkin
yang tetap ada di dalam populasi. Hipotesis nol adalah benar, atau hipotesis nol adalah
salah. Pada
tabel adalah dua keputusan yang dimungkinkan yang dapat
diambil oleh peneliti. Peneliti juga dapat menolak hipotesis nol atau peneliti gagal menolak hipotesis nol. Anda dapat melihatnya dalam Tabel 16.5 dimana kedua kondisi ini
memberikan hasil yang dimungkinkan. Kedua hasil ini baik (yaitu keputusan yang
benar) dan dua hasilnya buruk (keputusan yang tidak benar).
Tabel 16.3. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis
1. Nyatakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
2. Tetapkan tingkat signifikansi sebelum penelitian dilakukan.
(Sebagian besar peneliti pendidikan menggunakan .05
sebagai tingkat signifikansi. Perlu dicatat bahwa tingkat signifikansi juga
disebut sebagai level alfa,
atau alfa saja)
3. Dapatkan nilai probabilitas dengan menggunakan program komputer seperti
SPSS.
4. Bandingkan nilai probabilitas terhadap tingkat signifikansi dan ambil keputusan statistik.
Langkah
ke 4 mencakup
dua aturan pengambilan keputusan.
Aturan 1
Jika : Nilai probabiltias ≤ tingkat signifikansi (yaitu nilai probabiltias ≤
alfa)
Maka : Menolak hipotesis nol
Dan : Menyimpulkan bahwa temuan penelitian signifikan secara statistik.
Dalam prakteknya biasanya ini berarti
Jika : Nilai probabiltias ≤ 0.05
Maka : Tolak hipotesis nol
Dan : Simpulkan bahwa temuan adalah signifikan secara statistik
Aturan 2
Jika : Nilai probabiltias > tingkat signifikansi (yaitu nilai probabilitas > alfa)
Maka : Gagal menolak hipotesis nol (menerima hipotesis nol)
Dan : Menyimpulkan bahwa temuan penelitian tidak signifikan secara
statistik
Dalam prakteknya biasanya berrti
Jika : Nilai probabiltias > .05
Maka : Gagal menolak hipotesis nol
(menerima hipotesis nol)
Dan : Menyimpulkan bahwa temuan penelitian tidak signifikan secara statistik
5. Menginterpretasikan hasil. Dalam hal ini mengambil keputusan yang
substantif dan nyata dan menentukan signifikansi praktis.
Ini berarti bahwa anda harus memutuskan apa hasil penelitian
anda yang sesungguhnya. Statistik adalah hanya alat untuk menentukan
signifikansi statistik. Bila anda memperoleh signifikansi statistik, maka anda
harus memahami hasil anda dalam pengertian
variabel yang digunakan dalam studi penelitian. Misalnya,
anda memutuskan bahwa perempuan memiliki kerja yang lebih baik dibandingkan
dengan laki-laki dalam
pengujian verbal GRE atau terapi yang terpusat pada klien yang lebih baik dibandingkan dengan terapi emosi rasional atau fonik dan bahasa
menyeluruh yang dikombinasikan lebih baik dari fonik saja.
Anda harus menentukan signifikansi praktis dari temuan
anda. Temuan ini
adalah signifikan ketika selisih antara rata-rata atau
ukuran hubungan itu cukup besar menurut pendapat anda, yang digunakan secara praktis. Misalnya, korelasi .15 akan mungkin tidak memiliki
signifikansi
secara praktis meskipun bila itu merupakan signifikansi secara statistik. Pada sisi lain, korelasi .85 akan
memiliki signifikansi secara praktis. Indikator ukuran efek adalah alat bantu yang penting ketika anda mengelakkan peniilaian tentang pentingnya praktis yang telah ada.
Bagan
16.2 Memahami Nilai Probabilitas dan Tingkat Signifikan
Gagasan
nilai probablitas dan tingkat signifikan adalah hal yang sangat penting .
Contoh pelemparan koin dapat membantu anda memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam mengenai tingkat signifikan dan nilai probabilitas.
Dimisalkan
guru anda meneliti untuk menguji hipotesis null terhadap koin tertentu . Koin
ini memiliki kesempatan yang sama untuk muncul baik bagian depan maupun bagian
belakang pada setiap pelelmparan. Koin yang digunakan guru anda adalah koin
pada umumnya tetapi anda dapat melihatnya hanya dari jarak jauh. Kemudian guru
anda memberitahukan bahwa dia akan memeriksa untuk melihat apakah asumsi dari
koin tersebut dapat dibenarkan. Dua hipotesis dalam sampel ini yaitu :
Hipotesis
Null : Koin yang tepat
Hipotesis
Alternatf : : Koin yang mengalami bias
Guru
anda memberitahumu bahwa dia akan melempar koin sebanyak sepuluh kali dan
mencatat jumlah bagian depan yang muncul. Jelas , Jika koin tepat , anda
berharap mendapatkan jumlah bagian depan dan bagian belakang yang sama dalam
sepuluh kali pelemparan. Guru anda melemparkan koin pertama dan anda melihat
dan berkata “Bagian Depan”.Dia memberikan tanda cek pada papan tulis untuk
mencatat hasilnya.Dia melempar koin sekali lagi dan melihat “Bagian Depan” Dia
memberikan tanda cek lagi pada papan tulis. Sekali lagi, guru anda melemparkan
koin , dan anda melihat dan berkata “Bagian Depan”.Dia memberikan tanda cek lagi
di papan tulis.Guru anda melanjutkan melempar koin sampai tujuh kali dan tiap
kali anda mengatakan bahwa hasilnya bagian depan. Apakah ini koin yang tepat
?Guru melempar koin sepuluh kali dan semuanya bagian depan. Bagian depan muncul
sepuluh kali berturut-turut. Apakah ini merupakan hasil yng mungkin atau tidak
mungkin ?
Kebanyakan
mahasiswa menolak hipotesis null pada koin dalam contoh tersebut tepat dan
mereka menegaskan bahwa koin itu mengalami bias. Sebagian mahasiswa mulai
mempertanyakan asumsi bahwa koin itu tepat setelah tiga atau empat kali yang
muncul secara berturut-turut.Dengan jumlah bagian depan muncul sepuluh kali
berturut-turut , setiap orang menolak hipotesis null bahwa koin itu tepat. Pada
dasarnya , setiap mahasiswa memiliki konsep dari tingkat signifikansi dan
probabilitas dalam pemahamannya. Titik penting ( titik dimana mahasiswa
memutuskan koin itu tidak tepat ) adalah tingkat signifikansi mahasiswa.
Persepsi mahasiswa ini memperhatikan bagaimana hal ini dapat mengasumsikan koin
yang tepat adalah nilai probabilitas.Mahasiswa membandingkan nilai probabilitas
terhadap tingkat signifikansi. Ketika nilai probabilitas mencapai tingkat
signifikansi mahasiswa (titik dimana mahasiswa memutuskan hipotesis koin yang
tepat muncul menjadi sesuatu yang mungkin dipercaya ), mahasiswa menolak
hipotesis null. Mahasiswa menolak asumsi awal mengenai koin yang tepat.
Dalam
tabel 16.4 anda akan melihat nilai probalitas yang akurat dari memperoleh
bagian depan yang muncul berdasarkan asumsi bahwa koin itu tepat.
Tabel
16.4 Probabilitas Pelemparan Koin
Urutan Pelemparan
Koin
|
Nilai Probabilitas
bagian depan yang berurutan
|
|
1
|
.50000
|
Probabilitas
pelemparan pertama
|
2
|
.25000
|
Probabilitas
pelemparan kedua
|
3
|
.12500
|
Probabilitas
pelemparan ketiga
|
4
|
.06250
|
Probabilitas
pelemparan keempat
|
5
|
.03125
|
Probabilitas
pelemparan kelima
|
6
|
.01563
|
Probabilitas
pelemparan keenam
|
7
|
.00781
|
Probabilitas
pelemparan ketujuh
|
8
|
.00391
|
Probabilitas
pelemparan kedelapan
|
9
|
.00195
|
Probabilitas
pelemparan kesembilan
|
10
|
.00098
|
Probabilitas
pelemparan kesepuluh
|
Probabilitas
yang diperoleh dari sepuluh bagian depan dalam berurutan adalah .00098. Berapa
nilai probabilitas yang dimaksudkan jika koin itu tepat,aturan probabilitas
memberitahukan kepada kita bahwa kita mendapatkan sepuluh bagian depan dalam
satu baris setiap seribu kali pelemparan. Berarti memperoleh sepuluh bagian
depan dalam berurutan sungguh tidak mungkin. Pada pengujian hipotesis formal
itu bekerja dengan contoh pelemparan koin.Para peneliti membandingkan nilai
probabilitas yang akurat (yang diperoleh dari hasil komputer) dengan tingkat
signifikan yang mereka pilih untuk digunakan. Seperti anda ketahui , para
peneliti biasanya menggunakan tingkat signifikansi .05. Dalam contoh pelemparan
koin,kita akan mmenolak hipotesis null (bahwa koin itu tepat) karena nilai
probablitas (.00098) adalah jelas lebih kecil dari tingkat signifikansi
(.05).Ingat bahwa nilai probabilitas adalah probabilitas secara matematis dari
hasil yang diamati, berdasarkan asumsi bahwa hipotesis null adalah
benar.Tingkat signifikansi adalah titik penting yang para peneliti pilih untuk
digunakan ketika memutuskan bagaimana kejadian harus dilakukan untuk menolak
hipotesis null.
Dapatkah kamu menempatkan dua keputusan yang benar dalam Tabel 16.5? Keputusan yang benar
pada tipe A terjadi ketika hipotesis nol benar dan kamu tidak menolaknya (yaitu kamu
menerima hipotesisi alternatif). Ini
pasti menentukan apa yang
kamu harapkan untuk dilakukan ketika hipotesis itu benar.
Keputusan yang benar dari tipe B terjadi ketika hipotesis nol salah dan kamu harus menolaknya. Demikian juga ada harapan dari apa
yang kamu ingin lakukan ketika hipotesis nol itu salah. Jika hipotesis nol salah, kamu selalu ingin menolaknya. Peneliti berharap untuk
keputusan
tipe B yang benar karena mereka berharap menolak hipotesis nol dan mampu menegaskan bahwa temuan penelitian mereka signifikan secara statistik.
Sekarang lihat pada dua ‘error’ dalam tabel 16.5. Error ini disebut
error tipe I
dan error tipe II. Error tipe I terjadi ketika peneliti menolak hipotesis
nol yang benar. Ingat: jika hipotesis nol benar maka harus ditolak. Error tipe I ini disebut
kesalahan positif karena peneliti telah keliru menarik kesimpulan bahwa ada hubungan dalam populasi.
Peneliti juga menegaskan signifikansi statistika di dalam error. Analoginya seperti ini: di dalam dunia kedokteran, hipotesis nol “pasien tidak sakit”. Oleh karena itu,
kesalahan positif terjadi ketika pengujian medis mengatakan bahwa
kamu sedang sakit, padahal yang kamu
rasa tidak. Analogi lainnya dalam sistem keadilan pada
kriminal (kejahatan), terdakwa kemungkinan tidak bersalah hingga ditemukan
dan dibuktikan oleh hakim atau juri bahwa dia bersalah. Disini, error tipe I
terjadi ketika orang yang tidak bersalah ditetapkan bersalah.
Tabel
16.5 Empat Kemungkinan Hasil dari Pengujian Hipotesis
Status
yang Benar (tetapi tidak diketahui) dari Hipotesis Nol
Hipotesis
Nol benar
Hipotesis Nol salah
(seharusnya
tidak ditolak)
(seharusnya ditolak)
Tipe
A
Keputusan yang benar! |
Tipe
I Eror
(kesalahan negatif) |
Tipe
II Eror
(kesalahan positif) |
Tipe
B
Keputusan yang benar! |
*Ingat:
bahwa jika hipotesis nol benar, seharusnya tidak ditolak, tetapi jika hipotesis
salah, seharusnya ditolak. Masalahnya adalah kamu tidak akan tahu apakah
hipotesis nol benar atau salah. Kamu hanya memiliki bukti
kemungkinan-kemungkinan yang dihasilkan dari data sampel.
Error tipe II terjadi ketika peneliti gagal (keliru) menolak hipotesis nol yang salah. Ingat, jika hipotesis nol salah, maka berarti harus
ditolak. Terkadang, Error tipe II disebut kesalahan negatif karena peneliti salah menyimpulkan
sesungguhnya tidak ada hubungan dalam populasi. Dengan
demikian, peneliti menegaskan bahwa ini tidak signifikan secara statistik di dalam error. Dalam analogi medis,
kesalahan negatif terjadi ketika tes medis mengatakan bahwa
kamu tidak memiliki penyakit,
padahal kamu sedang sakit. Dalam ruang
pengadilan, error tipe II terjadi ketika orang yang bersalah ditemukan tidak
bersalah.
Pada dasarnya, peneliti ingin menghindari error tipe I dibadingkan dengan error tipe II. Dalam
kenyataannya, tingkat signifikansi yang kita bahas ini
didefinisikan
sebagai kemungkinan dari kesalahan atau error tipe I dimana peneliti ingin
mentolerirnya. Jika peneliti menggunakan .05 sebagai tingkat signifikansi, maka peneliti
mengatakan bahwa
dalam pembuatan error tipe I, 5 % kesimpulan yang
salah dari jumlah sampel yang diambil dari populasi. Sikap ini menekankan bahwa peneliti menjadi orang yang konservatif ketika membuat suatu
tegasan dari data penelitian mereka.
Suatu hipotesis terbukti dengan kesalahan 5 % berarti jika penelitian dilakukan
pada 100 sampel yang diambil dari populasi yang sama, maka akan terdapat 5
kesimpulan salah yang dilakukan dalam populasi.