Lingkungan ekternal dan internal akan sangat cenderung
mempengaruhi behavior dan kepribadian
manusia, dengan kata lain nature dan nurture lah salah satu yang akan berperan
dalam pembentukan kepribadian itu sendiri. Tidak hanya behavior, lingkungan internal maupun ekternal,
nature, dan nurture juga berperan aktif dalam pembentukan kreatifitas anak. Lingkungan internal itu dapat berupa sesuatu
yang berasal dari dalam individu sendiri, misalnya: motivasi internal,
tanggungjawab dalam menyelesaikan suatu hal, sedangkan untuk lingkungan
ekternal, yaitu lingkungan-lingkungan yang berada di luar pribadi (manusia) tersebut,
misalnya: keluarga, sekolah, masyarakat, teman sebaya, dan sebagainya. Kemudian,
nature merujuk kepada segala hal yang
berbau genetika, pengaruh dari gen. Nurture
sama dengan penjelasan seperti lingkungan eksternal, yaitu lingkungan sosial. Munandar (2009) dalam bukunya
menuliskan bahwa kreativitas merupakan persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bilang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif (creative thinking and working skills), dan
motivasi intrinsik, dapat juga disebut motivasi batin (Intrinsic Motivation).
Dalam usaha
pengembangan kreativitas anak, anak sebaiknya diberikan latihan pada
keterampilan sesuai dengan bakat dan sesuai dengan apa yg diinginkan anak.
Orang tua dan pendidik bertugas menciptakan iklim ataupun kondisi yang baik
bagi pengembangan kreativitas anak dan memberikan sarana yang cukup. Dan juga
dibutuhkan adanya motivasi intrinsik pada anak agar terwujudnya keberhasilan
kreatif.
Dalam tulisan ini akan dipaparkan bagaimana peran lingkungan
keluarga, sekolah, dan juga masyarakat atau pun teman sebaya dalam pembentukan
dan pengembangan kreativitas sang anak.
Dacey
melakukan penelitian mengenai karakteristik keluarga yang kreatif. Terdapat
beberapa kesimpulan dan karakteristik yang mempengaruhi kreativitas pada anak
dari hasil studi tersebut, yaitu:
·
Faktor genetis VS Lingkungan
·
Aturan perilaku
·
Tes Kreativitas sebagai Prediktor Prestasi Kreatif
Remaja
·
Masa kritis
·
Humor
·
Ciri-Ciri Menonjol Lainnya
·
Perumahan
·
Pengakuan dan Penguatan pada Usia Dini
·
Gaya Hidup Orang Tua
·
Trauma
·
Dampak dari Sekolah
·
Bekerja Keras
·
Dominasi Lateral
·
Perbedaan Jenis Kelamin
·
Penilaian Orang Tua Mengenai Kreativitas Anak
·
Jumlah Koleksi
Gaya hidup dan penilaian orang tua terhadap
kreativitas anak juga berpengaruh dalam perkembangan kreativitas . Serta
kreativitas dapat berkembang dalam suasana non otoriter, yang memungkinkan
individu untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas(Rogers, dalam Vernon ,
1982).
Menurut Dacey, keluarga merupakan
kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan yang paling utama dalam
pengembangan kemampuan kreatif anak.
Amabile
menyebutkan adanya faktor yang menentukan sikap orang tua secara langsung yang
mempengaruhi kreativitas anak mereka, yaitu :
·
Kebebasan
Orang
tua yang memberikan kepercayaan anak untuk bebas cenderung memiliki anak yang
kreatif dibandingkan dengan orang tua yang tidak memberikan kebebasan.
Kebebasan sendiri yang diterapkan oleh keluarga
saya adalah bebas dalam memberikan pendapat, maksudnya adalah bebas dalam
energi yang positif. Orang tua saya mengaplikasikan pola asuh otoritatif.
·
Respect
Orang tua yang percaya dan menghormati
anak atas kemampuan yang dimilikinya cenderung memiliki anak yang kreatif.
Di dalam keluarga saya terdapat
banyak kesempatan yang diberikan kepada saya atau saudara kandung yang lain
untuk menggunakan imajinasi sendiri sehingga lebih dibebaskan untuk berkreasi. Orang
tua saya sangat respect terhadap
pilihan-pilihan yang diinginkan oleh anak-anaknya.
·
Kedekatan emosional yang sedang
Kedekatan emosional yang terlalu dekat dan
yang bermusuhan sama-sama memiliki dampak yang buruk bagi perkembangan
kreativitas anak. Kedekatan yang stabil atau setimbangan sangat
berpengaruh pada pembentukan dan perkembangan kreativitas.
Kedekatan emosiaonal yang dijalin oleh
orang tua saya adalah kedekatan emosional yang tidak terlalu dekat sekai, juga
tidak terlalu jau sekali. Orang tua dengan saya saling melengkapi, ada saatnya
saya yang harus mendekat, kemudian ada saatnya saya harus sepertinya sedikit
menjauh, begitu juga sebaliknya dengan orang tua saya.
·
Prestasi, bukan angka
Orang tua anak kreatif menghargai prestasi
anak bukan hanya sekedar nilai, melainkan prestasi dan imaginasi dari anak.
Orang tua saya sangat menaruh rasa
penghargaan terhadap setiap produk kreativitas yang mampu saya ciptakan sekecil
apapun itu meski tidak diberikan reward secara langsung, namun akan ada berupa
ucapan-ucapan kebanggaan ataupun pujian. Orang tua saya akan lebih bangga
ketika saya lebih mementingkan proses daripada hasil yang akan diraup. Proses yang
nantinya memberikan pelajaran untuk bekal kehidupan.
·
Orang tua aktif dan mandiri
Orang tua yang aktif juga mandiri berpengaruh
pada perkembangan kreativitas anak. Maksud dari mandiri ini adalah, mandiri
dalam ekonomi, bertanggung jawab. Sedangkan aktif maksudnya adalah dapat
memilah-milah mana yang baik buat anaknya, dan sesuatu yang buruk bagi anaknya.
·
Menghargai kreativitas
Anak akan cenderung melakukan hal kreatif
jika diberikan dukungan dan dihargai atas apa yang akan dilakukannya.
Orang tua saya mengajarkan untuk
selalu menghargai apa saja produk-produk yang dihasilkan oleh anak-anaknya,
tetap menekankan pada proses bukan hasil.
Dari
uraian saya mengenai bagaimana orangtua saya membantu mengembangkan kreativitas
saya dapat dikatakan bahwa keluarga yang saya miliki sangat mendukung apa saja
yang dapat memicu proses penciptaan produk kreativitas. Sesuatu yang ada pada
seorang anak akan menjadi sesuatu yang luar biasa jika dapat diarahkankan dan
dituntun oleh lingkungan sosial yang paling dekat dengan si anak yaitu keluarga.
PERANAN SEKOLAH
Lingkungan
sekolah adalah salah satu sarana yang juga tidak kalah pentingnya bagi anak,
selain keluarga dalam membentuk dan mengembangkan kreativitasnya. Di sekolah lah, peran
guru menjadi sangat berguna dan tampak dengan jelas, juga akan berpengaruh pada
proses pembentukan kreativitas itu sendiri. Guru mempunyai peranan yang besar
tidak hanya pada prestasi pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak terhadap
sekolah dan proses dalam belajar dan mengajar. Guru dapat menjadi model dari motivasi
intrinsik siswa jika guru tersebut dapat menarik hati si anak dalam asyiknya
belajar.
·
Sikap Guru
Sudah 13 tahun saya belajar di
sekolah, dan entah sudah berapa guru yang telah saya temui, sikap yang
ditampilkan para guru tersebut beragam, tidak ada satu pun yang sama. Ada guru
yang benar-benar demokratis, otoriter, ngotot
ingin didengar selalu, sampai ada guru yang permisif sekali, membebaskan
murid-muridnya pada lumpur keburukan.
·
Falsafah mengajar
Dikatakan bahwa siswa mestinya
merasa nyaman dan dirangsang di dalam kelas. Hendaknya tidak ada tekanan dan
ketegangan. Terkadang saya juga akan mengalami ketegangan jika gurunya tidak
bersahabat, tetapi saya berusaha sekuat mungkin untuk menyesuaikan dengan
karakter guru tersebut (belajar beradaptasi setelah saya memasuki jenjang SMA)
Dalam kegiatan proses belajar
mengajar, guru hendaknya dapat menggunakan sejumlah strategi khusus yang dapat
meningkatkan kreativitas, yaitu:
·
Penilaian
Pemberian umpan balik, melibatkan
siswa dalam menilai pekerjaan. Menurut saya, strategi ini cukup baik dalam
membangkitkan gairah dan semangat anak menumbuhkan kreativitasnya, namun tidak
semua guru yang melakukannya. Hanya beberapa guru yang benar-benar mengikuti
progres siswa melalui interaksi dan penilaian yang terus menerus dengan siswa.
·
Hadiah
Materi bukanlah sesuatu pilihan yang
efektif untuk memberikan hadiah kepada anak. Senyuman atau anggukan, kata
penghargaan, dan kesempatan menjadi pilihan yang efektif dalam memberikan
hadiah kepada hasil yang telah dikerjakan oleh anak. Senyuman itu merupakan hal
yang krusial dalam pembentukan dan pengembangan kreativitas anak.
·
Pilihan
Untuk pilihan semenjak SD-SMA,
kurang kelihatan kalau guru itu membebaskan anaknya atau muridnya dalam memilih
hal yang diinginkan oleh anak didiknya. Pada masa kuliah inilah sangat terlihat
dosen atau pengajar lebih mengusung pola otoritatif dalam kegiatan belajar
mengajar.
PERAN MASYARAKAT
Arieti (1976 dalam Munandar)
mengemukakan beberapa faktor sosiokultural yang creativogenic yakni:
·
Tersedianya sarana-prasarana kebudayaan
·
Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
·
Penekanan pada becoming
tidak hanya pada being
·
Memberikan kesempatan terhadap media kebudayaan
bagi semua warga negara
·
Mengahargai
rangsangan dari kebudayaan yang berbeda
·
Toleransi dan minat terhadap pandangan divergen
·
Interaksi antara pribadi yang berarti
Mochtar
Lubis (1983) menegaskan bahwa salah satu persyaratan utama bagi berkembangnya
kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan.
Pendidikan
formal, adanya model peran, fragmentasi politis, keadaan perang, gangguan
sipil, Zeitgeist, dan ketidakstabilan politis adalah bagian-bagian yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan kreativitas anak menurut Simonton (1978).
Peran
masyarakat untuk memupuk bakat dan talenta siswa berbakat sudah semakin banyak
ditemukan akhir-akhir ini seperti kursus, pelatihan, sanggar, dan sebagainya.
Demikian pula untuk bakat dalam bidang psikomotor seperti olahraga dan bahkan
sekarang sudah banyak ditemukan kursus untuk berbagai macam keterampilan
seperti menjahit, memasak, kecantikan, dan sebagainya yang mengembangkan
berbagai talenta. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
pendidikan anak berbakat dapat terwujud melalui berbagai bentuk
kerja sama.
Nah,
dengan adanya fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh masyarakat atau negara
adalah salah satu cara dalam pembentukan dan pengembangan kreativitas anak. Tinggal
kita yang memilih dan menghias, bakat apa yang ingin kita asah lebih dalam
lagi.
Lingkungan keluarga, sekolah, dan juga
masyarakat sangat mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan dan
pengembangan kreativitas anak. Orang tua harus dapat menjadi model yang baik
untuk anak, dapat mengarahkan keinginan dan bakat anak. Kemudian, guru juga
harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menjadi seorang sahabat terhadap
anak didiknya. Lingkungan masyarakat yang nantinya dihadapi oleh anak menjadi
pengaruh besar dalam pengembangan kreativitas (orang tua dan guru menjadi
prediktor dalam melilih lingkungan yang sehat).