Jumat, 08 November 2013 0 comments By: Muthia Audina

KONSEP PERFORMA KREATIF KELOMPOK


Kelompok 3
Livi Yohana 121301002
Eka Sartika 121301007
Muthia Audina 121301029
Permata Ismawarni Putri 121301030

Teori Wallas merupakan salah satu teori tentang proses kreatif. Teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam buku The Art of Thought (Piirto,1992) menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu :
1. Persiapan
2. Inkubasi
3. Iluminasi
4. Verifikasi

Pada tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya. Kami dalam merancang konsep performa kreatif kelompok telah melewati tahap ini. Di awal saat menerima kontrak kuliah, kami sudah memikirkan akan mempersembahkan penampilan seperti apa dan bagaimana.


Pada tahap kedua, kegiatan mencari data atau informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi adalah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi "mengeramnya" dalam alam pra sadar. Kami juga telah melewati tahap ini. Pada saat itu, kami sibuk dengan tugas individu masing-masing dan melupakan sejenak mengenai konsep performa yang ingin kami tampilkan nantinya.


Tahap iluminasi adalah tahap timbulnya "insight", timbulnya inspirasi atau gagasan baru, serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru tersebut. Tahap ini terjadi pada kami saat sekita seminggu menjelang UTS. Saat itu, muncullah kesepakatan inspirasi mengenai konsep performa kreatif yang akan kami tampilkan.


Tahap terakhir yaitu tahap verifikasi atau tahap evaluasi. Pada tahap ini, ide atau inspirasi kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Kami akan menuju tahap ini dan akan melewati tahap ini saat kami telah menampilakan performa kreatif kelompok di kelas Kreativitas nanti.


Tujuan dan Manfaat Pembuatan Karya Kreativitas
• Memberikan pesan moral yang tidak menggurui dengan cara yang lebih akrab.
• Sebagai media untuk mengekpresikan kreativitas kelompok.
• Sebagai pembelajan untuk mengembangkan kreativitas.

Perencanaan:
Banyak sekali kita liat sekarang fenomena yang terjadi di sekitar kita, mulai dari yang sudah berumur, belum berumur, atau sedang berumur tidak mengindahkan segala peraturan yang telah ditetapkan. Kita liat saja di jalanan sekarang sudah bagaimana? Semberautnya sudah tidak bisa di deskripsikan lagi, salip sana, salip sini, jalan terus walaupun lampu di pinggiran jalan menyala merah meriah, tidak jarang yang sengaja menghidupkan bunyi klakson pada saat si merah itu muncul. Nah, mungkin untuk menyadarkan betapa pentingnya tata tertib ketika kita sedang berada di jalanan adalah dengan cara menyuguhkan sebuah tontonan yang ringan tetapi berpesankan moral yang jauh dari sifat menggurui.
Kami akan mempersembahkan sebuah performa kreatif berupa drama singkat yang bertemakan “Ugal-ugalan Membawa Derita”. Di sini kami merancang konsep sebagai berikut:

• Permata Ismawarni Putri sebagai pengemudi motot
• Livi Yohana sebagai pengemudi motor
• Eka Sartika sebagai rambu lalu lintas
• Muthia Audina sebagai polisi lalu lintas

Rangkaian drama yang akan kami tampilkan adalah:
Ada dua orang anak muda dengan gaya “sok keren” tidak mematuhi peraturan lalu lintas dan tidak memakai atribut yang lengkap. Kemudian, ada seorang polisi lalu lintas yang sedang berjaga, polisi tersebut memperingatkan mereka dan hendak menilang motor mereka, tetapi mereka melarikan diri. Ketika mereka kebut-kebutan dalam melarikan diri tiba-tiba saja mereka kecelakaan. Di akhir cerita polisi akan memberikan pesan moral kepada audience.

Nah, apa saja bahan yang akan kami gunakan?
Kami akan memakai kostum yang tidak biasanya (misalnya: orang yang naik motor memakai baju yang tidak biasa, polisi dsb), semua wajah aktor akan ditutup dengan kardus yang berbentuk wajah lucu dan ada yang menjadi rambu lalu lintas.