Jelaskan periodisasi atau pembabakan zaman berdasarkan peninggalan
budaya!
Berdasarkan Arkeologi (ilmu yang mempelajari peninggalan purbakala
dari manusia prasejarah), perkembangan budaya manusia Indonesia dapat di
golongkan menjadi beberapa periode yaitu periode zaman batu (batu tua, batu
tengah, batu muda, dan jamanlogam perunggu).
·
ZAMAN BATU
Paleolithikum (batu tua)
Ciri dari zaman ini adalah peralatan buat dari batu masih kasar dan belum di asah. Alat dari batu ini di buat dengan cara membenturkan batu yang satu dengan yang lainnya, pecahan batu yang menyerupai kapak kemudian mereka gunakan sebagai alat.
Cara hidup manusia pada zaman palleolithikum adalah: nomad dalam kelompok kecil, tinggal dalam gua atau ceruk karang, berburu, mengumpulkan makanan (food gathering).
Berdasarkan tempat penemuannya, zaman palleolithikum terbagi atas kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Pada kebudayaan pacitan, peralatan yang di hasilkan adalah kapak genggam, alat penetak (chopper), yang ditemukan oleh Koenigswald pada tahun 1935.
Mesolitihkum (batu tengah)
Ciri dari zaman ini adalah peralatan dari batu yang telah diasah bagian sisi tajamnya. Zaman ini merupakan peralihan dari Palleolithikum ke Neolithikum. Yang menarik dari zaman Messolithikum adalah di temukannya tumpukan sampah dapur yang kemudian di beri istilah Kjokkenmoddinger dan Abris sous roche oleh penelitinya yaitu Callenfels yang juga digelari sebagai bapak prasejarah).
Kjokkenmoddinger adalah tumpukan kulit kerang dan siput yang telah membatu, yang banyak di jumpai di pinggir pantai. Sedangkan Abris sous roche adalah tumpukan dari sisa makanan yang telah membatu di dalam gua.
Cara hidup Messolhitikum adalah sebagian masih food gathering dan berburu tetapi sebagian telah menetap dalam gua dan bercocok tanam sederhana (berladang) menanam umbi-umbian. Mereka juga telah pula menjinakan hewan dan menyimpan hewan-hewan buruannya sebagai langkah awal untuk berternak.
Mereka telah membuat gerabah, mengenal kesenian dalam bentuk lukisan di dinding gua (lukisan gua) ketika mereka telah menetap. Lukisan tersebut berupa gambar telapak tangan berlatar belakang warna merah , gambar babi rusa yang tertancap Panah (di gua Leang-Leang, Sulsel). Penelitiannya dilakukan oleh Heekren Palm pada tahun 1950 di gua pulau Muna.
Neolhitikum (batu muda)
Ciri zaman batu muda adalah pemakaian peralatan dari batu yang telah diasah halus karena telah mengenal tehnik mengasah. Pada zaman ini terjadi revolusi kehidupan yaitu perubahan dari kehidupan nomad dengan food gathering menjadi menetap dengan food producing.
Cara hidup pada zaman neolithikum adalah hidup menetap, bertempat tinggal dekat sumber air, food producing (menghasilkan makanan dari bercocok tanam dan berternak walaupun berburu masih dilakukan terutama pada waktu senggang), membuat rumah bertonggak dengan atap dari daun-daunan membuat kain dari kulit kayu (ditemukan pemukul kulit kayu), membuat perahu atau rakit, membuat perhiasan dari batu-batu kecil indah.
Pada akhir zaman ini telah dikenal kepercayaan dalam bentuk Animisme (kepercayaan tentang adanya arwah nenek moyang yang memiliki kekuatan gaib) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memilki kekuatan gaib).
·
ZAMAN LOGAM
Kebudayaan zaman Perunggu
Ciri zaman perunggu adalah pemakaian peralatan dari logam yang dikembangkan melalui teknik bivalve (rangkap) dan a cire perdue (cetak lilin).
Ciri kehidupan pada zaman perunggu adalah telah terbentuk perkampungan yang teratur dipimpin oleh kepala suku atau ketua adat, tinggal di dalam rumah bertiang yang besar yang bagian bawahnya dijadikan tempat ternak, bertani (berladang dan bersawah) dengan sistem irigasi sehingga pengairan tidak selalu bergantung kepada hujan.
Telah terdapat pembagian kerja berdasarkan keahlian sehingga munculah kelompok undagi (tukang yang ahli membuat peralatan logam).
Ciri zaman perunggu adalah pemakaian peralatan dari logam yang dikembangkan melalui teknik bivalve (rangkap) dan a cire perdue (cetak lilin).
Ciri kehidupan pada zaman perunggu adalah telah terbentuk perkampungan yang teratur dipimpin oleh kepala suku atau ketua adat, tinggal di dalam rumah bertiang yang besar yang bagian bawahnya dijadikan tempat ternak, bertani (berladang dan bersawah) dengan sistem irigasi sehingga pengairan tidak selalu bergantung kepada hujan.
Telah terdapat pembagian kerja berdasarkan keahlian sehingga munculah kelompok undagi (tukang yang ahli membuat peralatan logam).
Kebudayaan megalithikum (batu besar)
Hasil-hasil dari kebudayaan megalithikum memberikan petunjuk kepada kita mengenal perkembangan kepercayaan, terutama pemujaan terhadap arwah nenek moyang, yang memang telah mulai nampak pada akhir zaman neolithikum.
Berikut ini adalah hasil-hasil budaya megalhitikum :
§
Menhir atau tugu batu yang
terbuat dari batu tunggal, yang berfungsi sebagai tanda peringatan dan
melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pemujaan.
§
Dolmen atau meja batu
tempat sesaji, ada yang di sangga oleh menhir dan ada pula yang digunakan
sebagai penutup keranda atau sarchopagus, yang demikian dinamakan dengan
pandhusa.
§
Sarcophagus (keranda)
adalah peti mati tempat penyimpanan mayat yang berbentuk lesung terbuat dari
batu utuh yang diberi tutup.
§
Waruga, yaitu kubur batu
yang berbentuk bulat.
§
Punden berundak, bangunan
pemujaan terhadap roh nenek moyang yang berupa susunan batu bertingkat.
§
Selain itu di temukan pula
hasil budaya megalithikum dalam bentuk patung atau arca manusia yang
menggambarkan wujud nenek moyang atau arca binatang.
0 comments:
Posting Komentar