BAB
I
PENDAHULUAN
Berkembang
adalah suatu proses yang tidak bisa
dihindari oleh manusia,semua manusia yang ada di dunia pernah
mengalaminya.Perkembangan pada manusia itu bersifat maju artinya tidak dapat di
putarbalikkan.Manusia tumbuh awalnya dari bayi, kanak-kanak, remaja,dewasa,
lansia, dan akhirnya meninggal.
Perkembangan manusia terjadi sejak di dalam
kandungan sampai pada kematian. Salah satunya aspek perkembangan yang penting pada manusia adalah perkembangan kognitif pada usia 3 tahun
pertama. Perkembangan kognitif merupakan cakupan dari seluruh proses berpikir,melihat,mencium,mendengar, dan segala hal
perkembangan yang menyangkut pikiran manusia.Dan yang dimaksud dengan perkembangan kognitif pada 3
tahun pertama adalah proses belajar,mempersepsi,kecerdasan, dan hal-hal lainnya
yang menyangkut tentang proses kognitif bagaimana anak atau bayi tersebut
beradaptasi dan bertahan hidup di sekitar lingkungan maupun keluarga,bagaimana
anak tersebut dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada selama 3 tahun
pertama.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang kemampuan bayi
dan balita melalui tiga sudut pandang yaitu behaviorisme, psikometrik, dan
pendekatan piaget. Kemudian melalui tiga sudut pandang yang lebih baru yaitu:
pemrosesan informasi,neurosains kognitif, dan social kontekstual serta
menelusuri perkembangan awal bahasa dan membahas bagaimana munculnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kognitif
Berikut
adalah tiga pendekatan klasik dalam perkembangan kognitif:
•
Pendekatan Behaviorist
Mempelajari
cara kerja pembelajaran dasar, yang bertujuan pada bagaimana perilaku berubah
dalam respon terhadap pengalaman.
• Pendekatan
Psikometrik
Mengukur
perbedaan kuantitatif dalam kemampuan kognitif dengan menggunakan test yang
menyatakan atau memprediksi kemampuan tersebut.
• Pendekatan
Piaget
Pada
pendekatan ini melihat adanya perubahan, tingkatan, di dalam kualitas suatu
kognitif yang berfungsi.
2.1.1 Pendekatan Behaviorist
Bayi
di lahirkan dengan kemampuan belajar dari apa yang mereka lihat, dengar,
mencium, merasakan, dan memegang, dan mereka memiliki beberapa kemampuan untuk
mengingat apa yang mereka pelajari. Kita akan melihat 2 proses pembelajaran
yang dipelajari oleh behaviorist,
yaitu: classical conditioning dan operant
conditioning.
• Classical Conditioning
Classical
conditioning adalah sebuah metode pembelajaran dimana
stimulus netral dihubungkan dengan stimulus tidak terkondisi untuk menimbulkan
respon terkondisi dimana respon terkondisi bersamaan dengan respon tidak
terkondisi.
Contoh:
Lia sedang menatap jendela pada saat hujan kemudian muncullah kilat diikuti dengan
petir yang besar seketika Lia terlompat dari tempatnya, setelah beberapa saat
muncullah kilat dan Lia lompat dari tempatnya padahal kilat tersebut tidak
disertai dengan petir.
• Operant Conditioning
Operant
conditioning adalah suatu usaha memperoleh penguatan
dengan kata lain dengan pemberian reinforcement
itu maka seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme.
Contoh:
seorang guru memiliki murid yang pemalu, guru tersebut menyuruh murid tersebut
menunjukkan gambar yang dia buat, karena hasil yang dibuatnya bagus sekali guru
tersebut memujinya berulang kali hingga rasa malu anak itu hilang. Ini lah yang
disebut dengan operant conditioning
dengan pendekatan positif.
• Infant memory
Rata-rata manusia tidak dapat mengingat ketika
usianya belum genap 2 tahun.Ketidakmampuan ini disebut dengan infantile amnesia.Pada awal kehidupan,
semua itu tidak tersimpan dalam memori karena otak kita belum berkembang dengan
baik (Piaget, 1969).Sedangkan Freud meyakini bahwa awal memori itu tersimpan
tetapi ditekan karena emosinya belum stabil.Penelitian lainnya mengatakan bahwa
ada anak yang tidak dapat menyimpan dalam memori sampai mereka dapat
menceritakan sebuah peristiwa (Nelson, 1992).
2.1.2 Pendekatan Psikometri:
Perkembangan dan Test Intelligent
Tugas pengetesan psikometrik adalah
untuk mengukur secara kuantitatif berbagai faktor yang diduga membangun
kecerdasan,dan dari hasil pengukuran tersebut,untuk meramalkan kinerja dimasa
mendatang.
Intelligent
behavior
Perilaku
yang tujuan berorientasi dan beradaptasi dengan situasi dan kondisi hidup.
Contoh
: seorang anak yang berumur 4 bulan menemukan cara bagaimana memasukkan jari
ayahnya ke mulut dia dengan tangannya sendiri.
IQ
Test
Test
psikometri yang bertujuan untuk mengukur intelligent
untuk membandingkan hasil test dengan
peraturan yang sudah distandarisasi.
Melakukan test pada anak-anak atau bayi adalah persoalan lain. Karena bayi
tidak dapat memberitahu kita apa yang mereka tau dan apa yang mereka pikir,
cara yang paling sederhana untuk mengukur kepintaran mereka dengan apa yang
bisa mereka lakukan. Tetapi jika mereka tidak tertarik dengan sebuah mainan,
sangatlah susahmenebak bahwa apakah mereka tidak tahu, tidak suka melakukannya,
tidak tau apa yang harus mereka lakukan dengan mainan tersebut, atau tidak
memiliki ketidaktarikan pada mainan tersebut?
TestPerkembangan untuk Anak-anak dan Bayi
Meskipun sangat tidak mungkin untuk mengukur
kepintaran bayi tadi, sangat mungkin untuk mengukur perkembangan kognitif mereka.
Jika orang tua khawatir apabila mereka tidak melakukan hal yang sama sesuai
dengan bayi-bayi yang lain pada umumnya, testing
perkembangan dapat meyakinkan mereka bahwa perkembangannya normal atau memberitahu bahwa terdapat masalah
perkembangan terhadap bayi tersbut. Test perkembangan
membandingkan performa bayi dalam beberapa tugas dengan norma-norma sebagai
patokan atas dasar dari pengamatan sekumpulan bayi dan anak-anak dalam jumlah
yang besar yang dapat dilakukan dalam umur-umur tertentu.
Contoh:Bayley Scales of Infant and Toddler
Development.
Tes ini didesain untuk menguji
perkembangan bayi dari usia 1 bulan hingga3 tahun setengah dan juga untuk
melihat kekuatan, kelemahan, dan kompetesi dalam masing-masing 5 tahap
perkembangan (kognitif,bahasa,motorik, emosi sosial, dan perilaku adaptasi)
dari seorang anak untuk membantu orang tua dan ahlidalam membentuk rencanayang
lebih baik untuk anaknya.Selain itu terdapat skor terpisah yang disebut sebagai
development quotients(DQs),dihitung
untuk setiap skala.Skor-skor ini didasarkan oleh deviasi rata-rata yang diperoleh
dari perbandingan dengan sampel normal.DQs sangat berguna untuk deteksi dini
gangguan emosional,sensorik,saraf, dan lingkungan.
Penilaian Interaksi Awal terhadap Lingkungan
Rumah
Intelejensi pada awalnya dikira dibentuk
pada saat lahir, kami tahu bahwa biasanya dipengaruhi oleh turunan dan
pengalaman.Apa karakteristik dari lingkungan rumah yang memungkinkan untuk
mempengaruhi kepintaran?
Dengan menggunakan Home Observation For Measurement Of The Environment, pengamat ahli
menyusun daftar atas barang-barang dan suasana di rumah anak tersebut.Salah
satu faktor penting yang diukur home
adalah ketanggapan orang tua.Home
memberi nilai yang lebih tinggi pada orang tua bayi atau anak yang membelai
atau mengecup anak selagi pemeriksa berkunjung,pada orang tua yang memuji anak
pra-sekolah secara spontan dan hal-hal positif lainnya.
Penelitian lain menemukan 6 aspek
terhadap lingkungan awal rumah yang memfasilitasi perkembangan kognitif dan
psikososial serta membantu kesiapan anak-anak untuk sekolah.
Berikut 6 aspek tersebut:
Keberanian untuk menjelajah lingkungan.
Pembelajaran kognitif dasar dan
kemampuan social seperti labeling dan membandingkan.
Merayakan keberhasilan.
Panduan dalam pelatihan dan
pengembangan kemampuan.
Perlindungan
dari hukuman yang tidak sesuai seperti mengganggu, menghukum atas kesalahan
akibat mencoba hal-hal yang baru.
Menstimulasi bahasa dan komunikasi
simbolik.
Kehadiran
ke-enam aspek ini sangat penting untuk perkembangan otak pada tahap awal.
Early
Intervention
Early Intervention
(intervensi dini) adalah proses sistematis yang memberikan bantuan kepada
keluarga untuk memenuhi kebutuhan perkembangan pada bayi,anak-anak dan anak
pra-sekolah. Misalnya: Project CARE
dan North Carolina.
Berikut
adalah intervensi dini yang paling efektif adalah:
·
Dimulai dari dini dan akan berlanjut
hingga masa pra-sekolah.
·
Sangat berjadwal intensif.
·
Memberikan pengalaman edukatif.
·
Mengikutsertakan layanan
kesehatan,konseling keluarga, dan layanan social.
·
Disesuaikan bagi perbedaan dan kebutuhan
individual.
Early Head Start,sebuah
intervensi dini yang didanai Negara bagi keluarga berpendapatan rendah.
2.1.3 Pendekatan Piaget : Tahap
Sensorimotorik
Tahap
pertama dari empat tahap Piaget tentang perkembangan kognitif adalah tahap
sensorimotorik. Pada tahap ini (pada usia 2 tahun), bayi belajar tentang mereka
dan dunianya melalui aktivitas sensor dan motorik yang sedang berkembang.Bayi
berubah dari mahkluk yang berespons terutama melalui refleks dan tingkah laku
acak,menjadi anak yang tingkah lakunya beorientasi pada tujuan.
Sub-Tahap Sensorimotorik
Tahap
sensorimotorik terdiri dari 6 sub-tahap, yang bergerak dari tahap satu ke tahap berikutnya sejalan dengan skema (schemes) seorang bayi, pola
yang rumit dari tingkah laku, menjadi semakin terperinci.
Selama
sub 5 tahap petama, bayi belajar untuk mengkordinasikan input dari panca indra
mereka dan mengorganisasikan aktivitas mereka yang berhubungan dengan
lingkungan mereka. Mereka melakukan ini melalui proses organisasi, adaptasi,
dan equilibrasi.
Banyak dari pertumbuhan kognitif
awal melalui circural reaction,
dimana para bayi dapat mengulangi perilaku atau perbuatan yang mana sebelumnya
perilaku tersebut terjadi secara tiba-tiba pada bayi.Intinya, perbuatan atau
perilaku tersebut menghasilkan sensasi yang menyenangkan dimana bayi tersebut
ingin mengulangi lagi hal tersebut.
Berikut
adalah sub-tahap sensorimotorik menurut Piaget:
1. Pada sub-tahap pertama(usia
1 bulan), bayi baru lahir mulai berlatih untuk mengambil alih refleks-refleks
yang sudah ada sejak lahir, melibatkan diri dalam tingkah laku meskipun tidak
ada stimulus normal pada saat itu. Contohnya adalah bayi yang baru lahir mulai
menghisap secara refleks ketika bibir mereka disentuh.
2. Pada sub-tahap kedua(usia
1-4 bulan), bayi mulai belajar untuk mengulangi perilaku-perilaku yang
menghasilkan sensasi yang menyenangkan yang pada awalnya terjadi secara
spontan, seperti menghisap jari. Mereka mulai tertarik pada bunyi, dan mulai
menunjukkan kemampuan mengordinasi sebagai informasi sensorik (penglihatan dan
pendengaran).
3. Pada sub-tahap ketiga
(umur 4-8 bulan), bersamaan dengan ketertarikan baru dalam memanipulasi objek
dan mempelajari bagian tubuh mereka.Pada sub-tahap ini terjadi circular reaction sekunder, dimana bayi
tersebut mengulang sebuah tindakan bukan karena dia mampu tetapi karena dia
ingin mendapatkan hasil yang melampaui kemampuan tubuh bayi itu sendiri.
Contohnya adalah bayi yang berusaha memainkan mainannya hanya untuk
mendengarkan bunyi mainan tersebut.
4. Pada sub-tahap keempat
(8-12 bulan), bayi belajar menggeneralisasikan dari pengalaman lalu untuk
memecahkan masalah. Bayi akan merangkak untuk mendapatkan sesuatu yang mereka
inginkan, menggenggamnya atau menjauhkan benda yang menghalangi sesuatu yang mereka
inginkan (misalnya tangan orang lain). Mereka memodifikasi dan mengordinasi
skema-skema sebelumnya seperti skema-skema untuk merangkak, mendorong,
menggenggam untuk menemukan cara agar bisa berhasil.
5. Pada sub-tahap kelima
(12-18 bulan), bayi mulai mencoba perilaku baru untuk melihat apa yang terjadi.
Setelah mereka mulai berjalan, maka mereka dapat lebih mudah mengeksplorasi
lingkungan mereka. Mereka sekarang memasuki reaksi sirkular tersier,
memvariasikan tindakan untuk mendapatkan hasil yang serupa, ketimbang hanya
mengulang perilaku menyenangkan yang secara tidak sengaja mereka temukan. Misalnya,
seorang balita mungkin akan meremas bebek plastiknya yang berbunyi ketika ia
menginjaknya, untuk melihat apakah benda tersebut berbunyi kembali. Untuk pertama
kali, mereka menunjukkan orisinalitas dalam memecahkan masalah. Dengan trial dan error, mereka mencoba beberapa
tindakan sampai mereka menemukan cara terbaik untuk mencapai tujuan.
6. Pada sub-tahap keenam
(18- 2 tahun), merupakan transisi ketahap pra-operasional masa kanak-kanak
awal.Kemampuan representasional (representational
ability) kemampuan secara mental menghadirkan kembali objek dan tingkah
laku dalam ingatan, cukup banyak melalui simbol seperti kata, angka, dan gambar
mental – membebaskan anak dari pengalaman langsung.Mereka bisa berpura-pura,
dan kemampuan representasional mereka mempengaruhi kepuasan mereka dalam
berpura-pura.Mereka dapat memikirkan tindakan mereka sebelum
melaksanakannya.Mereka tidak lagi harus bersusah payah melalui trial and error untuk memecahkan
masalah.
Sepanjang keenam sub-tahap ini, bayi
mengembangkan berbagai kemampuan berpikir dan mengingat.Mereka juga
mengembangkan pengetahuan tentang aspek-aspek tertentu dari dunia fisik.
Invisible imitation (imitasi tidak
terlihat) adalah imitasi yang menggunakan bagian tubuh bayi yang mana tidak
dapat terlihat oleh bayi itu sendiri, seperti mulut.Visible Imitation
(Imitasi terlihat) adalah imitasi yang menggunakan bagian tubuh bayi dimana
bayi tersebut dapat melihatnya.
Piaget juga berpendapat bahwa anak
dibawah usia 18 bulan tidak dapat melakukan deffered imitation (imitasi
tertunda), suatu tindakan yang mereka lihat disuatu waktu sebelum mereka
mengembangkan kemampuan mempertahankan representasi mental. Namun demikian,
Piaget sepertinya meremehkan kemampuan representasi bayi dan anak karena
terbatasnya kemampuan mereka menceritakan ingatan mereka.
Elicited Imitation adalah metode
penelitian dimana bayi atau anak dibuat mengimitasi serangkaian tindakan khusus
yang mereka telah lihat, tetapi belum tentu pernah dilakukan sebelumnya.Elicited
imitation jauh lebih andal dalam 2 tahun pertama, hampir 8 dari 10 anak
usia 13 hingga 20 bulan dapat mengulang urutan yang asing dan langkah jamak
hingga 1 tahun kemudian. Latihan sebelumnya membantu mengaktifkan kembali
ingatan anak, terutama bila ada item-item
baru yang menggantikan item-item sebelumnya.
4 faktor yang tampaknya menentukan kemampuan mengingat anak :
1.
Banyaknya urutan peristiwa yang telah dialami.
2.
Apakah anak secara aktif berpartisipasi atau sekedar mengamati.
3.
Apakah anak diingatkan secara verbal tentang pengalaman tersebut.
4.
Apakah urutan peristiwa terjadi menurut urutan biologis dan kausal.
Perkembangan Pengetahuan tentang
Objek dan Ruang
Kapankah
permanensi objek berkembang?
Salah
satu aspek konsep objek adalah permanensi objek, pemahaman bahwa suatu objek
atau seseorang terus menerus ada ketika tidak terlihat.
Piaget
percaya bahwa bayi mengembangakn pengetahuan tentang berbagai objek dengan
mengamati hasil dari berbagai pengamatan sendiri, dengan kata lain
mengordinasikan informasi fisula dan
motoric. Dengan cara ini menurut pengamatannya, permanensi objek berkembang
bertahap semasa sensorik motor. Mulanya, bayi tidak memiliki konsep apapun
seperti ini. Pada sub tahap ke tiga, dari sekitar 4 hingga 8 bulan, merekaakan
mencari sesuatu yang mereka jatuhkan, tapi bila mereka tidak bisa melihatnya,
mereka beranggapan seakan benda tersebut sudah tidak ada lagi. Pada sub tahap
ini, sekita 12 hingga 18 bulan, kesalahan ini tidak lagi mereka lakukan, mereka
akan mencari objek di tempat terakhir objek tersebut tersembunyi. Namun, mereka
tidak akan mencari di tempat dimana barang tersebut tidak terlihat oleh mereka
(yang disembunyikan). Pada sub tahap ke enam, usia 18 hingga 24 bulan permanensi
objek sudah dicapai secara penuh akan mencari objek walaupun tidak melihatnya (yang
disembunyikan).
Penelitian
baru-baru ini menunjukkan bahwa Piaget menunjukkan bahwa Piaget meremehkan kemampuan
bayi memahami permanensi objek, bayi mungkin saja gagal mencari objek-objek
tersembunyi karena mereka tidak dapat melakukan tindakan-tindakan dengan
langkah dua kaki dan kedua tangan, seperti memindahkan bantal, mengangkat kotak
sebelum menggenggam objeknya ketika diberi kesempatan berulang-ulang, selama
sebulan untuk menjelajah, memanipulasi, dan mempelajari tugas seperti itu, bayi
di akhir pertengahan tahun pertama dapat melakukannya.
Perkembangan Simbolis, Kompetensi
Piktorial, dan Berpikir Spasial
Seperti
pendapat Piaget, pertumbuhan berpikir representasional memungkinkan anak
membuat penelitian yang lebih akurat tentang berbagai objek dan hubungan
spasial.Salah satu manifestasi perkembangan ini adalah tumbuhnya kompetensi piktorial,
kemampuan memahami sifat alamiah dari berbagai gambar. Hipotesis representasi
dual adalah menyatakan bahwa anak dibawah usia kesulitan memahami hubungan
spasial karena kebutuhan untuk meyimpan lebih dari satu representasi mental
secara bersamaan.
Hipotesis
representasi dual memiliki implikasi praktis. Artinya para guru sekolah
kanak-kanak tidak seharusnya berasumsi bahwa anak akan memahami ketika mereka
menggunakan objek konkret, seperti kotak-kotak beragam ukuran, untuk mewakili
konsep abstrak, contohnya adalah hubungan-hubungan numerik.
Mengevaluasi Tahap Sensorimotorik
Piaget
Menurut
Piaget, tahapan dari tingkahlaku refleks kepermulaan pikiran merupakan tahapan
yang panjang dan lambat. Anak berusia kira-kira setahun atau setahun setengah,
belajar hanya dari berbagai indera dan gerakan mereka, hingga akhir tahun kedua
mereka membuat terobosan menuju pikiran konseptual.Oleh karena itu, dalam
beberapa hal, bayi dan anak tanpa secara kognitif lebih kompeten daripada yang
Piaget bayangkan.Hal ini tidak berarti bahwa bayi lahir dengan pikiran yang
sudah terbentuk.Seperti yang diamati Piaget, bentuk-bentuk kognisi yang belum
matang mengawali bentuk yang lebih matang.
2.2 Perkembangan Kognitif 3 Tahun
Pertama : Pendekatan Kontemporal
Berikut
pendekatan-pendekatan baru untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan
kognitif bayi dan anak.
• Information Processing Approach
(Pendekatan Pemrosesan Informasi), berfokus pada berbagai proses yang
terlibat dalam persepsi, pembelajaran, ingatan, dan pemecahan masalah.
Pendekatan ini mencoba untuk menemukan apa yang dilakukan oleh orang dengan
informasi, sejak saat mereka berhadapan dengan informasi hingga mereka menggunakannya.
• Cognitif Neuroscience Approach
(Pendekatan Neurosains Kognitif), yaitu menelaah bagian-bagian system saraf
pusat. Pendekatan ini berupaya untuk mengidentifikasi struktur-struktur otak
yang terlibat aspek kognitif tertentu.
• Social Contextual Approach (Pendekatan
Sosial Kontekstual), yaitu menelaah aspek-aspek lingkungan dari proses
pembelajaran, khususnya peran orangtua dan pengasuh lainnya.
2.2.1 Information Processing Approach : Persepsi dan Representasi
Seperti
pendekatan psikometrik, teori pemrosesan informasi memperhatikan perbedaan
individual pada tingkahlaku dan kecerdasan.Tetapi, pendekatan itu bertujuan
untuk mendeskripsikan berbagai proses mental yang terlibat ketika seseorang
memperoleh dan mengingat informasi atau memecahkan masalah, dibanding sekedar
menyimpulkan perbedaan pada fungsi mental dari jawaban-jawaban yang diberikan
atau masalah-masalah yang dipecahkan. Penelitian pemrosesan informasi
menggunakan metode-metode baru untuk menguji berbagai ide tentang perkembangan
kognitif yang muncul dari pendektan-pendekatan sebelumnya.
Habituation
Banyak
penelitian mengatakan pemrosesan informasi pada bayi didasarkan pada habituation, yaitu suatu jenis
pembelajaran di mana pemaparan berulang atau terus menerus dari suatu stimulus
mengurangi perhatian terhadap stimulus tersebut. Dengan kata lain,habituation adalah jenis pembelajaran
dimana familiaritas dapat mengurangi stimulus, memperlambat atau menghentikan
respon.
Penelitian-penelitian
mengkaji habituasi pada bayi yang baru lahir dengan cara berulang-ulang
memberikan suatu stimulus (biasanya suara atau pola visual) dan memonitori
respon-respon seperti detak jantung, menghisap, gerakan mata dan aktivitas
otak. Bayi yang sedang menghisap biasanya berhenti ketika stimulus-stimulus
diberikan pertama kali, mengarahkan perhatiannya pada stimulus baru tersebut
dan tidak lagi mulai menghisap sampai stimulusnya berakhir. Setelah suara
diberikan lagi dan lagi, stimulus tersebut akan kehilangan kebaruannya dan
tidak lagi membuat bayi berhenti menghisap. Melanjutkan kembali menghisap,
menunjukkan bahwa bayi telah terhabituasi terhadap stimulus tersebut. Namun
gambar dan suara yang baru akan menangkap perhatian bayi dan ia akan kembali
berhenti menghisap. Peningkatan respon terhadap stimulus baru ini disebut dishabituation.
Kemampuan Perseptual serta Pemrosesan Visual dan Auditori
Kecenderungan
bayi memandang sesuatu lebih lama daripada memandang yang lain disebut visual preference (pre-ferensi visual).Bayi yang
kurang dari dua hari lebih memilih untuk melihat garis-garis lengkung, pola
kompleks, objek tiga dimensi, gambaran wajah, dan hal-hal baru.
Ingatan
pengenalan visual (visual recognition
memory) dapat diukur dengan menunjukkan dua stimulus bersebelahan pada bayi,
yang satu familiar dan yang lainnya baru. Tatapan yang lebih lama kestimulus
yang baru menunjukkan bahwa bayi mengenali stimulus yang satu lagi sebagai
sesuatu yang pernah ia lihat sebelumnya.
Visual recognition memory
adalah kemampuan untuk membedakan stimulus visual yang familiar dari yang tidak
familiar ketika keduanya diperlihatkan secara bersamaan. Fakta menyatakan bahwa
bayi baru lahir akan menoleh kearah sumber suara menunjukkan bahwa mereka
mengasosiasikan pendengaran dengan penglihatan.
Kemampuan yang hebat lagi adalah cross-modal transfer yaitu kemampuan
menggunakan informasi yang diperoleh dari satu indra untuk menuntun indra yang
lain. Contohnya: ketika seseorang mengidentifikasi berbagai objek dengan
penglihatan setelah menyentuhnya dengan mata tertutup.
Pemprosesan Informasi sebagai Prediktor
Kecerdasan
Korelasi
yang lemah antara skor bayi pada tes-tes perkembangan dan IQ mereka, banyak
psikolog percaya bahwa fungsi-fungsi kognitif bayi memiliki sedikit persamaan
dengan IQ anak yang lebih tua atau orang dewasa. Dengan perkataan lain,
terdapat diskontinuitas pada perkembangan kognitif, Piaget juga percaya
demikian. Namun, ketika para peneliti menyusun bagaimana bayi dengan anak
mengolah informasi, beberapa aspek perkembangan mental tampak cukup
berkesinambungan sejak lahir. Anak yang sejak awal sudah efisien menangkap dan
menerjemahkan informasi sensori akan mendapat skor tes-tes perkembangan yang
baik.
Pemprosesan
informasi dan perkembangan kemampuan Piaget seperti telah disebut pada bagian
sebelumnya, bukti-bukti baru menunjukkan bahwa beberapa kemampuan kognitif yang
Piaget gambarkan sebagai perkembangan menuju akhir tahap sensorimotorik
ternyata muncullebih dini.
Beberapa kemampuan kognitif yang sudah mulai berkembang 3 tahun pertama kehidupan yaitu :
1.
Kausalitas
Pemahaman
kausalitas, prinsip satu kejadian menyebabkan kejadian lain, ini penting karena
“memungkinkan seseorang untuk meramalkan dan mengendalikan dunianya”.Piaget
percaya bahwa pemahaman ini berkembang perlahan pada tahun pertama.Pada sekitar
usia 4 hingga 6 bulan,bayi mampu mengenggam objek mereka mulai bertindak terhadap lingkungannya. Menurut Piaget, bayi belum
tahu bahwa berbagai sebab muncul sebelum akibat, tidak mendekati usia 1 tahun baru
menyadari bahwa kekuatan dari luar dirinya dapat menyebabkan sesuatu terjadi.
2.
Kategorisasi
Membagi-bagi dunia kedalam kategori-kategori yang bermakna merupakan hal yang penting terhadap tingkah laku berpikir mengenai berbagai objek dan konsep serta keterkaitannya. Menurut piaget kemampuan untuk mengklasifikasi berbagai hal, baru muncul pada sekitar 18 bulan. Namun jika bayi memperhatikan lebih lama sesuatu benda bahkan ketika dia baru berusia 3 bulan, bayi telah dapat membedakan misalnya saja antara anjing dan kucing.Pengelompokkan ini disebut perceptual categorization yaitu pengelompokkan berdasarkan ciri fisik objek seperti : ukuran, warna, pola atau bagian dari objek.
Membagi-bagi dunia kedalam kategori-kategori yang bermakna merupakan hal yang penting terhadap tingkah laku berpikir mengenai berbagai objek dan konsep serta keterkaitannya. Menurut piaget kemampuan untuk mengklasifikasi berbagai hal, baru muncul pada sekitar 18 bulan. Namun jika bayi memperhatikan lebih lama sesuatu benda bahkan ketika dia baru berusia 3 bulan, bayi telah dapat membedakan misalnya saja antara anjing dan kucing.Pengelompokkan ini disebut perceptual categorization yaitu pengelompokkan berdasarkan ciri fisik objek seperti : ukuran, warna, pola atau bagian dari objek.
3.
Objek
Permanensi
Penelitian
pelanggaran terhadap ekspektasi (violation
of expectations) dimulai dengan fase familiarisasi di mana bayi melihat
suatu kejadian atau serangkaian kejadian berlangsung normal.Setelah bayi
terbiasa terhadap prosedur ini, kejadian tersebut diubah sedemikian rupa
sehingga berkonflik dengan melanggar ekspektasi normal.Pelanggaran terhadap
ekspektasi adalah metode penelitian di mana kebiasaan terhadap suatu stimulus
yang berkonflik dengan pengalaman dianggap sebagai bukti bahwa bayi mengenali
stimulus baru tersebut sebagi hal yang mengejutkan.
Menggunakan
metode pelanggaran terhadap ekspetasi,Renee Baillargeon dan tokoh lainnya
menemukan bukti bahwa permanensi objek pada bayi berusia 3 ½ bulan. Bayi tampak terkejut ketika wortel
yang lebih tinggi bergeser di balik layar tidak tampak ujung atasnya, padahal
pada layar sebelumnya terdapat bagian terpotong.Di mana bagian wortel dapat dilihat
bila lewat.
4.
Angka
Berbagai
penelitian pelanggaran terhadap ekspektasi menunjukkan bahwa pengalaman angka sudah
ada jauh sebelum sub tahap ke 6 Piaget, ketika ia mengakui anak-anak mulai
menggunakan simbol. Menurut Wyen konsep numeriksudah ada sejak bawaan lahir
sejak 5 bulan dan bahwa pengajaran pada anak sebenarnya hanya berupa pengajaran
“nama” saja yaitu : “satu” “dua” dan seterusnya.
2.2.2 Pendekatan Neurosains
Kognitif: Struktur Kognitif Otak
Beberapa
peneliti telah mendokumentasikan perpindahan aktivitas otak untuk menentukan
struktur otak yang memengaruhi fungsi kognitif dan mencatat perubahan-perubahan
perkembangan.Penelitian-penelitian terhadap orang dewasa normal dengan yang
mengalami kerusakan otak mengarah kepada 2 sistem ingatan jangka panjang yang
terpisah.Eksplisit dan Implit yang memperoleh dan menyimpan jenis informasi
yang berbeda.Explicit memory(ingatan eksplisit) bersifat sadar atau ingatan
yang disengaja, biasanya terdiri atas berbagai fakta,nama,peristiwa,dan hal
lain yang sesorang dapat utarakan dan nyatakan. Implicit memory(ingatan
implisit) mengacu pada ingatan yang terjadi tanpa usaha atau bahkan kesadaran,
secara umum menyimpan informasi tentang berbagai kebiasaan dan keterampilan,
seperti tahu bagaimana melempar bola dan mengendarai sepeda.
Korteks
Prefrontal (bagian besar lobus frontal yang terletak langsung di balik dahi) di
percaya mengatur berbagai aspek kognisi. Bagian otak ini berkembang lebih
lambat dibandingkan lain. Selama setengah tahun pertama, Korteks Prefrontal dan
jaringan sirkuit yang berkaitan dengannya mengembangkan kapasitas ingatan kerja
(working memory), penyimpanan jangka
pendek terhadap informasi yang diolah, atau kerjakan, secara aktif oleh otak.Di
dalam working memory representasi
mental disiapkan untuk diingat kembali.
2.2.3 Pendekatan Social-Kontekstual:
Pembelajaran Interaksi melalui Interaksi dengan Pengasuh
Penelitian-penelitian
yang dipengaruhi oleh theory social
budaya Vgotsky mengkaji bagaimana konteks budaya mempengaruhi interaksi sosial
yang mungkin mendorong perkembangan kompetensi kognitif.Guided Participation merujuk pada interaksi timbal balik dengan
orang dewasa yang membentuk berbagai aktivitas anak dan menjembatani jurang
antara anak dan orang dewasa. Konsep ini diinspirasi oleh pandangan
pembelajaran Vgotsky sebagai proses kolaboratif. Guided Participationsering terjadi pada saat bermain dan aktivitas
biasa sehari-hari dimana anak belajar secara informal berbagai keterampilan,
pengetahuan, dan nilai penting dalam budaya mereka.
Perbedaan
budaya juga memengaruhi jenis guided
participation yang dilakukan. Dengan kata lain konteks kultural memengaruhi
cara para pengasuh berkontribusi pada perkembangan kognitif. Contohnya,
keterlibatan langsung dengan anak saat
bermain dan belajar lebih cocok dilakukan oleh ibu atau pengasuh yang memiliki
banyak waktu di rumah, kemampuan verbal yang baik dan yang memiliki
ketertarikan lebih dalam bermain dan belajar anak.
2.3 Perkembangan Bahasa
Language (bahasa)
merupakan sistem komunikasi berdasarkan kata dan tata bahasa.Pertumbuhan bahasa
mengilustrasikan dari berbagai aspek perkembangan.Dengan matangnya berbagai
struktur fisik yang dibutuhkan untuk menghasilkan suara dan mulai aktifnya
berbagai koneksi suara yang dibutuhkan untuk mengasosiakan makna, interaksi
sosial mengenalkan bayi pada sifat komunikatif bicara.
2.3.1 Urutan Perkembangan Bahasa
Awal
Sebelum
menggunakan kata, bayi mengusahakan agar kebutuhan dan perasaan mereka
diketahui. Seperti yang dilakukan Doddy Darwin, melalui suara-suara yang
bergerak maju dari menangis sampai mengeluarkan bunyi tanpa arti sama sekali
seperti celoteh. Kemudian imitasi tidak disengaja dan imitasi
sengaja.Suara-suara ini biasanya dikenal sebagai Prelinguistic Speech(bicara
pralinguistik).
A.
Vokalisasi
Dini
Menangis
merupakan satu-satunya alat komunikasi bayi.Perbedaan dalam nada,pola, dan
intensitas menandakan lapar,kantuk,atau kemarahan.Antara usia 6 minggu dan 3 bulan, bayi mulai mengeluarkan
suara mendengkur tak jelas ketika mereka senang,menjerit, menggumam,dan
mengeluarkan suara vocal seperti “aaah”.Pada sekitar usia 3 hingga 6 bulan,bayi
mulai bermain dengan suara pembicaraan dengan menyesuaikan suara yang mereka
dengar dari orang-orang sekelilingnya.
Berceloteh
adalah pengulangan konsonan dan untaian vokal seperti “ma—ma” terjadi antara
usia 6 dan 10 bulan dan sering disalahkaprahkan sebagai kata pertama bayi.
Celoteh
bukanlah kata pertama dari bayi karena tidak membawa makna bagi bayi tersebut tetapi
hanya mirip dengan kata-kata yang ada.
B.
Mengenal
Bunyi Bahasa
Kemampuan
mempersepsi perbedaan antara sebagai suara sangatlah penting bagi perkembangan
bahasa.Dalam persiapan memahami dan menggunakan suara,bayi awalnya
memfamiliarkan dirinya dengan suara berbagai kata dan frasa dan nantinya
mengaitkan makna.
Proses
ini ternyata sudah dimulai sejak bayi terdapat dalam kandungan.Dalam sebuah
eksperimen, dua kelompok wanita Paris di kehamilan ke 35 minggu masing-masing
membacakan dua ritme kanak-kanak yang berbeda selama tiga kali sehari selama 4
minggu.Pada akhir periode,peneliti memutarkan rekaman kedua ritme kanak-kanak
dekat ke abdomen para ibu.Detak jantung fetus melambat ketika rima yang dibacakan
ibu mereka diputarkan tapi tidak pada rima yang satu lagi.Karena suara di
rekaman bukan suara ibu mereka,dapat disimpulkan bahwa janin ternyata merespons terhadap bunyi
yang digunakan oleh ibu mereka.Ini menunjukkan bahwa mendengar “lidah ibu” sebelum
lahir dapat “menyetel” telinga bayi untuk mendengar suara.
Dalam
serangkaian penelitian lain berdasarkan waktu mendengar,bayi berusia 9 bulan
tampaknya mencerna pola suku kata dan pelafalan dari konsonan inisial serta
mengaplikasikan pola tersebut pada kata baru yang sesuai atau yang salah pada
pola tersebut.
C.
Isyarat
Antara
9 dan 12 bulan,bayi telah belajar beberapa isyarat sosial secara konvensional
seperti melambai selamat tinggal,menganggukkan kepala yang berat dan
menggelengkan kepala untuk menandakan tidak.Pada usia 13 bulan,bayi menggunakan
isyarat representasional, contohnya ia mengangkat cangkir kosong ke mulutnya
untuk menunjukkan ia ingin minum atau mengangkat tangannya untuk menunjukkan
bahwa ia ingin digendong.
Isyarat
simbolis, seperti meniup untuk panas, atau mengendus untuk bunga, sering muncul
pada waktu yang sama dengan bayi mengucapkan kata pertama mereka dan berfungsi
sangat mirip dengan kata.Dengan hal tersebut, anak menunjukkan pemahaman bahwa
simbol dapat merujuk pada berbagai objek,kejadian,keinginan,dan kondisi
spesifik.Isyarat biasanya muncul sebelum anak memiliki sebanyak 25 kosakata dan
berkurang ketika anak menemukan kata untuk ide yang mereka gesturkan dan bisa
mengucapkannya.
Dalam
sebuah eksperimen,bayi berusia 11 bulan mempelajari isyarat dengan cara
mengamati orang tua mereka memperagakan kata korespondensi kepada mereka.Antara
15 dan 36 bulan, ketika perkembangan bahasa vokal diuji,anak-anak ini melampaui
dua kelompok lain-kelompok satu,yang orang tuanya hanya mengucapkan kata,dan
kelompok lain,yang tidak mendapatkan latihan vokal maupun isyarat.
D.
Kata
Pertama
Rata-rata bayi mengucapkan kata pertama
antara usia 10 dan 14 bulan,memulai bicara linguistic—ekspresi
verbal yang berati makna.Awalnya total kosakata anak hanya “mama” atau
“dada”.Bisa pula,kosakatanya mungkin hanya suku kata sederhana yang memiliki
lebih dari satu makna,bergantung pada konteks di mana anak mengucapkannya, ”Da”
mungkin berarti “Saya ingin itu”, ”Saya ingin ke luar”, atau “Apa yah?”
kata-kata tersebut yang mengungkapkan pikiran disebut holofrasa.
Antara usia 16 dan 24 bulan,”ledakan
penamaan” diduga terjadi.Dalam beberapa minggu,anak mungkin bergerak dari mengucapkan
50 hingga 400 kata.Pemerolehan yang cepat dalam pengucapan kosakata ini dapat mencerminkan
peningkatan kecepatan dan akurasi pengenalan kata sepanjang usia dua tahunnya.
Namun demikian,dalam sebuah penelitian
longitudinal terhadap 28 anak AS, hanya 5 orang yang menunjukkan peningkatan
yang pesat dalam pembelajaran kosakata, menunjukkan bahwa gejala ini tidak
bersifat universal.
E.
Kalimat
Pertama
Kalimat
pertama anak biasanya berhubungan dengan kejadian,orang,atau aktivitas
sehari-hari.Darwin memperhatikan khusus berbagai contoh di mana Doddy mengekspresikan
pemahamannya terhadap makna moral dalam kata.Pada usia 27 bulan,sang putra
memberikan adik perempuannya sisa roti jahenya, sambil berseru, “Oh, Doddy
baik, Doddy baik!”
Awalnya
anak biasanya menggunakan bicara telegrafik terdiri atas hanya sedikit kata
esensial.Seperti ketika Rita mengucap, “Nek dur”, sepertinya yang ia maksud
adalah “Nenek sedang tidur di lantai”. Penggunaan anak terhadap bicara
telegrafik,serta bentuknya,variasinya,bergantung pada bahasa yang sedang
dipelajarinya.Urutan kata umumnya mengikuti sesuai dengan yang didengar anak.Diantara
usia 20-30 bulan, anak menunjukkan kompetensi dalam syntax (aturan merangkai
kata dalam bahasa tertentu), mereka akan semakin nyaman dengan artikel (a,
the), preposisi (di, pada), kata sambung (dan, atau), kata jamak, kalimat
bentuk lampau. Pada usia 3 tahun, bicaranya sudah lancar, semakin panjang dan
semakin kompleks, walaupun ada bagian dari percakapan yang dihilangkan, mereka
dapat mengomunikasikan maknanya dengan benar.
2.3.2Karateristik Bahasa Awal
Bahasa
awal memiliki karakteristik tersendiri, apapun bahasa yang digunakan anak.Seperti
telah kita lihat,anak menyederhanakan.Mereka
menggunakan bicara telegrafik untuk secukupnya menyampaikan makna seperti “Susu
tidak minum”.
Anak memahami hubungan gramatikal yang mereka belum mampu
ungkapkan.Awalnya,Nina mungkin mengerti bahwa seekor anjing mengejar kucing,tapi ia tidak dapat merangkai cukup
kata untuk mengungkapkan tindakan secara lengkap.Kalimat yang mungkin keluar
“Kucing dikejar” bukan “Anjing mengejar kucing”.
Anak mempersempit makna kata. Bibi Butet memberinya sebuah mobil, Butet
yang pada saat itu berumur 13 bulan menyebutkan bahwa mobil tersebut adalah
“mo-mo” kemudian ayah Butet pulang dengan memberinya sebuah mobil-mobilan dan
berkata “Lihat Butet ini ada mainan mobil untuk kamu”, Butet menggeleng dan
mengatakan “mo-mo”, ucapnya dan menunjukkan
mobil-mobilan yang diberi oleh bibinya.
Anak memperluas makna kata.Butet melihat wanita yang telah tidak
memiliki gigi di televisi dan berteriak “Nenek”.Butet menggeneralisasi
berlebihan, atau memperluas kata,ia mengira bahwa karena neneknya ompong,semua
wanita yang ompong adalah neneknya. Cara mengatasi hal tersebut adalah
mendapatkan perhatian dari orang tua dengan menyebutkan bahwa wanita yang ada
dalam televisi tersebut hanya mirip dengan neneknya tapi bukan nenek si Butet.
Anak lebih mengetatkan aturan.Mereka mengaplikasikannya dengan
kaku,tidak mengerti bahwa beberapa aturan memiliki pengecualian.Ketika
Delilah,melihat ke luar jendela dengan ayahnya pada hari mendung,mengatakan “Berangin…Berawan…..berhujan…”ini
menunjukkan kemajuan.Setelah anak itu belajar aturan bentuk kata
jamak dan kata yang menunjukkan masa lalu, barulah mereka mengaplikasikannya
secara universal, biasanya terjadi pada masa awal sekolah.
2.3.3Teori Klasik Pemerolehan
Bahasa:Debat Nature-Nurture
Skinner
(1957) bersikeras bahwa pembelajaran bahasa,seperti pembelajaran yang
lain,didasarkan pada pengalaman.Menurut teori pembelajaran klasik,anak
mempelajari bahasa melalui operant
conditioning.Awalnya,bayi menuturkan kata secara acak.Pengasuh mempertegas
suara yang muncul mirip bicara orang dewasa dengan senyum,perhatian,dan
pujian.Kemudian, bayi mengulang kata-kata yang dipertegas tersebut.Suara-suara
yang bukan bagian dari bahasa natif tidak dipertegas.Sedangkan suara-suara yang
tidak diberi penguatan akan berangsur hilang.
Pandangan
Chomsky sendiri disebut nativisme.Tidak seperti teori
pembelajaran skinner,nativisme
menekankan pada peran aktif pembelajaran.Karena bahasa bersifat universal bagi
manusia,Chomsky berpendapat bahwa otak manusia memiliki kapasitas bawaan untuk
memperoleh bahasa, bayi belajar berbicara sealamiah mereka belajar berjalan.Ia
berpendapat bahwa alat pemeroleh bahasa (Language
acquisition device-LAD) bawaan memprogram otak bayi untuk menganalisis
bahasa yang mereka dengar dan untuk menemukan aturan-aturannya.Baru-baru ini,Chomsky
(1995) mengidentifikasi satu set sederhana prinsip universal yang mendasari
semua bahasa,dan satu mekanisme multitujuan untuk menghubungkan suara ke makna.
2.3.4Pengaruh terhadap Perkembangan
Bahasa Awal
Faktor Neurologis
Pertumbuhan
dan penataan ulang yang mengagumkan semasa awal bulan dan tahun, pertumbuhan
anak dikaitkan sangaterat dengan
perkembangan bahasa. Tangisan bayi yang baru lahir dikendalikan oleh batang
otak dan pons,bagian otak yang paling primitivedan
paling dahulu berkembang (rujuk kembali).Celoteh yang berulang-ulang mungkin
muncul dengan maturasi dari bagian korteks motorik yang mengendalikan gerakan
wajah dan tenggorokan.Pada tahun kedua motorik menjadi matang.Wilayah kortikal
yang berkaitkan dengan bahasa terus berkembang hingga paling tidak masa
prasekolah akhir atau lewat-beberapa bahkan ketika masa dewasa.
Interaksi
social:Peran
Orang Tua dan Pengasuh
Bahasa merupakan tindakan sosial.Orang tua dan
pengasuh memiliki peran yang sangat penting dalam tiap tahap perkembangan
bahasa.
Berikut
tahap-tahap tersebut:
Ø Periode
Pra-linguistik
Pada tahap
berceloteh,orang dewasa membantu anak berkembang ke arah bicara yang utuh dan
benar dengan mengulang-ulang suara yang dikeluarkan bayi.Bayi kemudian ikut bermain dan mengulang kembali
suara tersebut.Imitasi oleh orang tua terhadap suara bayi memengaruhi kecepatan
pembelajaran bahasa.
Ø Perkembangan
kosakata
Bayi belajar dengan
mendengarkan hal yang diucapkan oleh orang dewasa.Ketika bayi mulai
berbicara,orang tua dan pengasuh sering membantu mereka dengan mengulang kata
pertama mereka dan melafalkannya secara benar.Kosakata bertambah cepat ketika
orang dewasa menggunakan peluang yang tepat untuk mengajarkan kata baru kepada
anak.
Anak yang dibesarkan
dalam lingkungan dengan dua bahasa sering kali menggunakan berbagai elemen dari
kedua bahasa,kadang dalam ucapan yang sama gejala yang disebut pencampuran kode
(code mixing).Namun hal ini tidak
berarti bahwa mereka bingung terhadap kedua bahasa.Kemampuan berpindah dari
satu bahasa ke bahasa lain disebut pertukaran kode.
Child-Directed Speech
Ketika anda
berbicara dengan bayi atau anak anda,jika anda berbicara dengan perlahan dalam intonasi
yang tinggi dengan nada tinggi dan rendah yang berlebihan, berbicara sederhana,
melebih-lebihkan suara vocal,penggunaan berbagai kata dan kalimat pendek serta
banyak pengulangan,anda sedang menggunakan child-directedspeech—CDS.Kebanyakan
orang dewasa dan bahkan anak-anak melakukannya secara alamiah yang sering disebut
dengan cara bicara “Kebayi-bayian”.Banyak peneliti yang mempercayai bahwa CDS
membantu bayi dan anak-anak dalam mempelajari bahasa native mereka.
2.3.5Mempersiapkan
Literasi:Keuntungan Membaca Lantang
Bagi
bayi dan anak,membaca memberikan peluang keintiman emosional serta membina
komunikasi antara mereka dengan orang tua.Frekuensi orang tua atau pengasuh
dalam membaca serta cara mereka melakukannya dapat memengaruhi perkembangan
literasi,kemampuan membaca dan menulis pada bayi.Anak yang belajar membaca
sejak dini biasanya adalah mereka yang orang tuanya sering membacakan untuk mereka ketika mereka masih kecil.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyusun
menarik kesimpulan bahwa perkembangan awal pada 3 tahun pertama sangat penting karena
pada tahap ini sangatlah kursial dalam pembentukan kecerdasan,kepribadian serta
perilaku-perilaku yang penting untuk perkembangan selanjutnya dalam beradaptasi
terhadap lingkungan sekitar.Apabila pada tahap ini terganggu maka ditakutkan
perkembangan pada anak-anak atau bayi tidak berjalan sebagaimana mestinya dan
yang paling fatal adalah ke-tidak kemampuan dalam menggunakan proses kognitif
secara baik atau yang disebut “cacat”,begitu pula dengan halnya perkembangan
bahasa yang mana apabila terganggu maka dapat menimbulkan masalah tentang
perkembangan bahasa dengan anak tersebut seperti keterlambatan bicara.Untuk itu
diperlukannya perhatian dari orang tua atau pengasuh dalam hal menstimulus
perkembangan anak-anak atau bayi dengan baik dan benar.
Akhir
pra-kata,setelah mendalami atau mempelajari “Perkembangan Kognitif pada 3 Tahun
Pertama” diharapkan pembaca mampu memahami atau setidaknya menguasai dari
materi-materi yang telah disampaikan dengan baik.
Daftar Pustaka
Ø Papalia,Diane E, dkk. 2007. Human
Development 10th edition. New York: McGraw-Hill.
Ø Lahey, Benjamin B. 2007. Psychology An
Introduction. New York: McGraw-Hill.
0 comments:
Posting Komentar